Pengertian dan Pentingnya definisi

Seringkali kita melihat adanya suatu dilema dalam suatu bahasa dalam masyarakat, yang kandas begitu saja di pinggiran pantai kehidupan kompleks manusia yang selalu ingin maju walau tanpa terarah. Kemudian dengan sangat tragis masyarakat berlomba untuk mengekskusi, menginjak-injak dan melaluinya, walaupun tak ada bahtera untuk menyelamatkan mereka. Katakanlah dilema manusia. Anehnya dilima tersebut datang dari para tokoh dan pakar masyarakat itu sendiri, yang dengan susah payah mereka renungkan sebelum kemudian dicetuskan dan menjadi dilema. Tak jarang keringat kuning menghujan, atau bahkan rambut bagus mereka pun mulai bosan menemani mereka dalam usaha-usahaitu. Lalu....., siapa yang salah? Para pakarkah yang kurang bertanggung jawab pada agama, etika ilmiah dan bangsa, yang biasanya hanya memperindah makalahnya dengan kata-kata istilah tetapi tidak dengan mutu bahasannya, ataukah masyarakat yang suka mengekskusi karena dianggap dilema itu tidak penting, walaupun tak jarang mereka terombang ambing karenanya? Kemudian tak adakah rasa kasih yang hakiki – bukan semu – untuk menyelamatkah bangsa tercinta dari kerancuan pengetahuan pandangan tentang sejarah, akhlak, agama dan lain-lain? Kasih yang tak dibangun di atas pondasi kepentingan pribadi ddan golongan? Atau di atas pondasi kefanatikan yang buta?

Kami berharap para pakar kita dapat menyadari dan merenungi pertanyaan yang dipaksakan itu. Dan bagi generasi muda sejaman kami, kami harap untuk menyatukan langkah dan hidup bersatu untuk lebih lagi membangun bangsa besar kita, Indonesia.

Kebanyakan penyebab timbulnya dilema yang mengenaskan itu adalah ketidak jelasan batasan ( definisi ) pada setiap pembahasan, yang kemudian muncul sebagai dilema. Maksud kami bukanlah menolak adanya batasan pada kebanyakan dilema, tetapi kami menolak batasan yang kabur atau sangan tendensius pada setiap permasalahan.Mialnya definisi budaya, sosial, kebebasan, hak, plitik, filsafat, logika, modern, kuno ilmiah, agama, aqidah, syirik, musyrik, muslim, mukmin, qadim, hadits, adil, zat, sifat, tauhid, kafir, ma'shum, mukjizat, kerammat, ilham, Islam, mazhab, taqlid, ahli sunnah, ahli wajib, jama'ah, qur an, hadits, furu', bid'ah, dhalah, ijtihad, akhlak, tawadhu, sombong, ibadah, persatuan, ulama kyai, dan seterusnya, baik yang menyangkut budaya, sains, agama dan lain-lain. Sungguh tidak jarang keindahan nama dan kata telah banyak mempesona, sehingga masyarakat bahkan para pakarberlomba membuang permata indah yang dimiliki atau yang mesti dicapai dan menggantikannya dengan keindahan semu yang ada pada simbol-simbol penghias yang tak bertulang, dan dengan cara yang sadistis telah memasukkannya ke dalam alam idelis mereka. Sehingga mereka merasa gagah dan bangga dikatakan modernis, intelek dan semacamnya, walaupun hanya sebatas bahasa. Begitu pula mereka merasa rendah hati dan minderdikatakan sebagai orang kolot, santri, kuno, dan tidak modern. Sungguh di luar dugaan, bangsa, agama, akidah, ilmu pengetahuan, yang kesemuanya itu adalah sangat mahal bagi kehidupan mmanusia, dapat ditukar hanya dengan keindahan kata yang semu, semacam sosial, modernis, intelek, cendekiawan dan sebagainya.

Akhirnya, mudah-mudahan promosi yang mengutamakan kwantitas dan keduniaan, yang tidak mengutamakan kwalitas dan tanggung jawab dunia-akhirat tersebut akan segera berakhir, demi kita, keluarga, anak cucu dan bangsa tercinta. Dan mudah-mudahan ppelajaran definisi ini dapat membantu – walaupun sekedarnya – untuk itu amin.


Ringkasnya


Supaya kita dapat menguasai ucapan, pena dan pikiran kita, kita harus mengetahui pembagian, syarat-syarat, asas dan aturan-aturan definisi sehingga:

1. Sesuatu yang dibahas selalu nampak jelas dalam akal kita.

2. Memberitahukan dengan benar dan jujur pada selain kita

3. Selain untuk mengetahui yang belum kita ketahui, pengetahuan tentang definisi ini juga untuk mmembuka dan merinci sesuatu yang kita ketahui secara global seperti manusia, syirik, bid'ah dan lain-lain. Oleh karena itu definisi yang banyak dipakai untuk definisi ( definisinya definisi ) adalah "kumpulan dari pengetahuan gambaran ( concept ) yang menerangkan gambaran yang belum diketahui  atau yang merinci gambaran yang sudah diketahui".

Pembagian Definisi

Sebagaimana maklum, definisi adalah menerangkan sesuatu yang belum diketahui atau merinci yang sudah diketahui. Pada awalnya, definisi bertujuan mmemberikan gambaran penuh sesuai dengan hakekat sesuatu yang didefinisikan sehingga sesuatu tersebut tergambar dengan jelas, dan juga membedakannya dari seesuatu yang lain dengan pembedaan yang penuh atau sempurna sehingga ia nampak berbeda dari yang lain. Kedua tujuan awal tersebut tidah dapat dipenuhi kecuali dengan menerangkan at-zat yang dimilikinya. Kalau hal itu tidak bisa dilakukan - karena sulit, misalnya – maka kita cukup mebedakannya saja dari yang lain. Hal ini bisa kita lakukan dengan hanya menyebut satu zat, zat dicampur sifat khusus, sifat khusus dan sebagainya.

Deengan demikian, pada garis besarnya ada dua cara dalam mendefinisikan sesuatu. Pertama, adalah dengan zatnya. Definisi ini disebut batasan ( had, limid, term of syllogism ). Kedua, adallah dengan sifatnya atau sifat dan zatnya. Definisi ini disebut gambaran ( rismun, descriptive defunisition, imprint ). Dan pada masing-masing cara terbagi menjadi dua, lengkap dan kurang.



1- Definisi Dengan Batasan Lengkap ( Had Al-Tam, Perfect Definition )

Definisi dengan batasan-lengkap adalah "Suatu definisi yang menunjukkan hakekat dan esensi sesuatu yang didefinisikan ( Defined )"

Dengan demikian definisi dengan batasan-lengkap harus menckup seua zat-zat yang dimiliki, Yaitu yang menjadi asas bagi essensi yang didefinisikan ( defined), karena ia merupakan perinciannya. Seperti "binatang rasional", substansi yang bisa menerima tiga dimensi: Panjang, lebar dan tinggi; dan "bentuk yang mempunyai tiga sisi", yang masing-masing sebagai definisi manusia, benda san segitiga.

Definisi yang menyebut zat-zt yang dimiliki oleh yang didefinisi bukanlah hal yang mudah. Sebab bisa jadi sifat lazim ditempatkan sebagai jenis, jenis jauh sebagai jenis dekat atau sifat khusus sebagai pembeda dekat. Maka dari itu tidak berlebihan kalau Ibnu Sina dalam kitab Hududnya ( definisi-definisi ) mengatakan bahwa mendefinisikan sesuatu dengan batasan-lengkap merupakan pekerjaan yang hampir mustahil untuk dilakukan oleh manusia.

Definisi dengan batasan-lengkap, dapat dilakukan dengan menyebut jenis dekat dan pembeda dekatnya. Misalnya "Manusia adalah binatang rasional". Namun kalau jenis dekat ari definisi tersebut tidak diketahui oleh penanya, makakita dapat merincinya dengan batasan lengkapnya.Misalnya dengan medifinisikan binatang sebagai "benda berkembang yang perasa dan bergerak dengan kehendak". Dengan demikian definisi manusia yang lebih rinci ketibang binatang rasional adalah "benda berkembang yang perasa, bergerak dengan kehendak dan rasional". Kalau definisi ini masih nampak belum jelas bagi penanya, makka kita dapat dengan lebih rinci lagi mendefinisikan manusia dengan rincian "benda" terlebih dahulu sebagai "substansi yang bisa menerima tiga dimensi". Dengan demikian, definisi manusia yang lebih rinci dari definisi kedua adalah "Substansi yang bisa menerima tiga dimensi, berkembang, perasa, bergerak dengan kehendak danrasional".

Perincian-perincian tersebut di atas dapat dilakukan sampai pada sesuatu yang tidak memerlukan perincian lagi,yang disebabkan kejelasannya ( badhihi, dharuri, mudah ). Seperti pemahaman tentang wujud dan sesuatu. Dengan penjelasan di atas dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1- Jenis dekat dan pembeda dekat menckup semua zat yang dimiliki oleh defined. Maka dari itu mendefinisikan sesuatu dengan yang lebih rinci tidak diharuskan, walaupun hal itu lebih baik. Hanya dalam beberapa keadaan saja yang dalam mendefinisikan sesuatu harus dengan yang lebih rinci. Yaitu ketika penanya tidak dapat memahami jenis dekat suatu definisi.

2- Tidak ada perbedaan dalam pahaman antara definisi dan defined, kecuali dalam kerincian dan tidaknya saja.

3- Hanya dengan kesesuaian dan kecocokannya saja definisi dapat menjadi "petunjuk" atas defined.



2- Definisi Dengan Batasan-Kurang (Had Al-Naqish, defect Definition )

Definisi dengan batasan-kurang adalah "suatu definisi dengan sebagian zat yang didefinisikan (defined )".

Walaupun definisi ini tidak mencakup semua zat yang dipunyai defined, namun ia harus mempunyai pembeda dekat, baik tanpa digabungkan dengan sesuatu apapun atau digabungkan dengan zat lain yang berupa jenis jauh. Dengan kata lain, definisi dengan batasan-kurang ini dapat dilakukan dengan hanya menyebutkan pembeda dekat suatu defined, atau dengan menyebutkan jenis jauh dan pembeda dekatnya. Misalnya "benda yang rasional" dan "benda yang perasa", sebagai definisi dari manusia dan binatang. Dengan penjelasan di atas dapatlah iambil suatu kesimpulan bahwa:

1- Definisi dengan batasan-kurang tidak menyamai defined daam kepahaman karena tidak mencakup seluruh zat yang dipunyai defined.

2- Faedah dari batasan-kurang hanya dappat membedakan defined dari yang lain saja. Ia tidak dapat memberikan gambaran penuh dalam gambaran kita tentang defined, berbeda halnya dengan definisi dengan batasan penuh.

3- Ia menunjukkan defined dengan kelaziman, bukan dengan kecocokan atau kesesuaian sebagaimana definisi dengan batasan penuh. Sebab ia merupakan "penunjukan" bagian terhdap keselurahannya.



3- Definisi Dengan Gambaran-Lenkap ( Rismun Al-Tam, Peerfect Descriptive

Definition,Imprint )

Definisi dengan gambaran-lengkap adalah "suatu definisi dengan menerangkan

jenis dekat dan fifat khusus yang didefinisi".

Pada penjelasaan yang lalu, kami katakan bahwa mendefinisikan sesuatu dengan batasan penuh adalah pekerjaan yang sangat berat.Oleh karena itu, para ahli menganjurkkan kita untuk menerangkan definisi dengan gambaran-lengkap ini pada tempat-tempat pelik yang kita jumpai.

Sifat khusus yang bisa ewakili pembeda dekat adalah sifat khusus yang lazim dan jelas serta lebih khusus, karena ia paling dekat dengan hakekat dan paling mirip dengan pembeda dekat. Namun, kalau hal itu tidak juga bisa dilakukan, kita dapat mmenggantikannya dengan sifat khusus yang lazim, jelas dan yang lebih umum. Beberpa definisi berikut ini adaah sebagai contoh dari definisi dengan gambaran-lengkap. "Binatang tertawa" ( baca: yang tertawa ), "bentuk yang mempunyai tiga sudut", "angka yang kalau dikalikan dengan dirinya sendiri menjadi sembilan"; masing-masing sebagai definisi manusia, segitiga, dan tiga.

4- Definisi Dengan gambaran- Kurang ( Rismun Al-Naqish, defect Discrptive

Definition )

Definisi dengan gambaran-kutang adalah "suatu definisi yang denganmenerangkan

sifat khusus saja atau dengan jenis jauh dari yang didefinisi".



Seperti kalau kita mendefinisikan manusia sebagai "tertawa" ( baca yang tertawa ), "benda tertawa", benda berkembang yang menulis" dansebagainya.

Seperti yang kami singgung pada awal pembahasan tentang definisi. Bhwa dengan satu zat, zat dicampur sifat khusus dan lain-lain, hanya dapat membedakan defined dari yang lain. Maka sekarang menjadi jelas bahwa definisi-definisi tersebut masing-masing adalah definisi engan batasan-kurang, gambaran-lengkap dan gambaran-kurang. Ada beberapa definisi lain yang digolongkan ke dalam definisi dengan gambara-kurang, sebagaimana yang akan kami jelaskan nanti. Mereka itu adalah definisi dengan contoh penyerupaan dan pembgian.

Dengan penjelasan yang dahulu pula, dapat dipahami bahwa definisi terhadap satu hal bisa beragam sesuai dengan segi memandangnya. Hal ini sangat perlu diketahui oleh orang-orang yang ingin memahami rahasia perbedaan yang ada pada definisi dan bagi orng-orang yang ingin berkomentar terhadapnya serta bagi yang tidak ingin sesat dalam definisi-definisinya.

Perlu diketahui pula bahwa beberapa hal tidak dapat didefinisi. Hal itu dikarenakan kesederhanaannya atau tidak mempunyai rangkapan (seperti Tuhan ) atau karena tdak memiliki jenis dan pembeda ( seperti jenis atas ) atau karena kejelasannya ( seperti ilmu ), dan lain-lain. Lihat bagan tentang definisi berikut:





Syarat-syarat Definisi



Karena definisi bertujuan menjelaskan dan merinci defined, maka untuk membuat definisi, kita harus memperhatikan syarat-syarat definisi. Sehingga tujuantersebut dapat dicapai dengan baik dan sempurna.



Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

1- Definisi harus sama dengan defined dalam jumlah ekstensinya. Artinya, di mana ada ekstensi definisi di sana pula ada defined, begitu pula sebaliknya, tanpa ada kelebihan dan kekurangan dari keduanya. Inilah yang diistilahkan dalam logika, bahwa definisi harus lengkap ( jami' ) dan melarang ( mani' ). Lengkap adalah jumlah ekstensi definisi tidak boleh kurang atau lebih sedikit dari jumlah ektensi defined. Sedang makud dari melarang, yakni melarang ektensi lain masuk ke dalam ektensi defined. Dengan demikian definisi itu tidak boleh terbuat dari beberapa hal:

a- Terbuat dari sesuatu yang bersifat lebih khusus dari defined. Karena tidak khusus ( sempit ) tidak mencakup semua ektensi yang lebih luas. Maka dari itu definisi yang lebih khusus tidak bisa dikatakan lengkap. Misalnya "manusia adalah yang menulis".

b- Terbuat dari sesuatu yang lebih umum dari defined. Karena yang lebih umum mencakup semua ekstensi defined dan yang lain. Dengan demikian definisi yang bersifat lebih umum tidak mampu melarang masuknya ekstensi lain ke dalam ektensi defined. Maka dari itu ia tiak melarang. Misalnya "manusia adalah yang perasa".

c- Terbuat daru sesuatu yang berlawanan dengan defined. Karena definisi yang berlawanan dengan defined tidak akan bertemu dalam ekstensinya, maka dari itu ia tidak dapat dikatakan lengkap dan melarng. Misalnya "manusia adalah benda mati".



2- Definisi harus lebih jelas dan terang dari defined dalam kepahaman, karena definisi bertujuan untuk menerangkan defined. Dengan demikian definisi tidak boleh terbuat dari:

a- Sesuatu yang sama dalam kejelasannya dengan defined. Seperti definisi ayah bahwasanya ia adalah "yang punya anak".

b- Sesuatu yang lebih tidak jelas dari defined. Misalnya "manusia adalah kumpulan atom-atom yang masing-masingnya dipertahankan oleh intelegence, sehingga tidak timbul tabrakan dan ledakan, yang intelegence itu juga mengarahkan atom-atom manusia itu sesuai naturnya".



3- Definisi harus mempunyai segi kesammaan dan perbedaan dengan defined. Sebab kkalau sama dan tidak mempunyai segi perbedaan, mmaka definisi tersebut tidak berfaedah. Dan berarti – logikanya – defined diketehui sebelum diketehui, misalnya "manusia adalah manusia tau insan". Sedang kalau berbeda dan tidak mempunyai segi kesamaan, maka definisi dan defined tidak akan pernah bertemu. Dengan demikian definii ini tidak akan dapat memenuhi tugasnya, yaitu menjelaskan atau merinci defined. Bahkan definisi ini adalah menyesatkan kepahaman. Misalnya "politik adalah jahat".




20. Perlu diketahui bahwa kejahilan ( ketidak tahuan ) dibagi menjadi tashawwuri (concept, gambaran ) dan tashdiqi ( assent, keyakinan ) sebagaimana ilmu, sebab kejahilan merupakan lawan dari ilmu. Dengan demikian daat anda pahami bahwa maksud dari "gambarn yang belum diketahui" adalah suatu yang tidak mengandung hukuyang belum diketahui.



Tambahan!

Perlu diketahui pula, bahwa kejahilan keyakinan dibagi menjadi sederhana dan ganda ( murakkab ).

1. Kejahilan sederhana adalah kejahilan yang diketahui atau disadari. Artinya, seseeorang itu sadar dan tahu kalau dirinya tidak tahu.

2. Kejahilan ganda adalah kejahilan yang tidak diketahui atau disadari. Artinya, seseorang itu tidak tahu dan tidak sadar kalau dirinya tidak mmengetahui masalah atau semua yang ia kira mengetahuinya. Dikatakan ganda sebab: Pertama, ia tidak mengetahui semua atau masalah yang dihadapi; kedua, ia tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.


21. Definisi ilmu yang kami terangkan pada awal-awal buku ini adalan semacam penjelasan kata saja. Sebab definisi, seperti yang akan dijelaskan dalam syarat-syarat definisi adalah harus ebih jelas dari defined. Dengan demikian, karena tidak ada yang ebih jelas dari ilmu, sebab di luar ilmu adaah kegelapan dan ketidakjelasan, maka ilmu tidak dapat didefinisikan.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi