Implementasi Aliran Filsafat Eksistensialisme

Implementasi Aliran Filsafat Eksistensialisme terhadap Pendidikan
Pandangan tentang pendidikan, disimpulkan oleh Van Cleve Morris dalam Existensialisme and Education, bahwa "Eksistensialisme tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk" oleh sebab itu eksistensialisme dalam hat ini menolak bentuk-bentuk pendidikan sebagaimana yang ada sekarang.
Menurut eksistensialisme, pengetahuan kita tergantung kepada interprestasi tentang realitas. Pengetahuan yang diberikan di sekolah bukan merupakan alat untuk memperoleh pekedaan atau karier anak, melainkan pengetahuan itu dapat dijadikan alat perkembangan dan alat pemenuhan diri ini merupakan teori pengetahuan dan kebenaran eksistensialisme yang dikemukakan oleh Kneller.
Implementasi aliran eksistensialisme tehadap pendidikan antara lain sebagai berikut:
•    Aliran ini mengutamakan perorangan/ individu.
•    Memandang individu dalam keadaan tunggal selama hidupnya.
•    Aliran filsafat ini percaya akan kemampuan ilmu untuk memecahkan semua persoalannya.
•    Aliran ini memabatasi murid-murinya dengan buku-buku yang ditetapkan saja.
•    Aliran ini tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk.

Sedangkan pandangan dalam filsafat islam antara lain sebagai berikut:
•    Dalam bidang pendidikan eksistensialisme menekankan agar masing individu diberi kebebasan mengembangkan potensinya secara maksimal tanpa adabatas (mutlak).
•    Prinsip kebebasan islam justru mengantarkan manusia dekat dengan tuhan.
•    Manusia tidak meminta tolong pada dirinya sendiri saja tetapi juga dengan kekuasaan Allah.
•    Kebebasan yang diberikan Islam pada manusia bukan kebebasan absolut, melainkan kebebasan yang tetap pada koridor illahi dan dipimpin oleh kebenan nilai-nilai agama.
•    Sebagai hamba Allah, manusia dituntut untuk selalu mengarahkan aktivitas kehidupannya pada pengabdian kepada Allah SWT dan sebagai kholifah Allah Fi AI-Ardh.

2.2.7    Konsep Aliran Flsafat Pendidikan Eksistensialisme Dan Implikasinya Terhadap Tujuan Dalam Pendidikan
Eksistensialisme menjadi tonggak penting perkembangan pendidikan. Manusia adalah subjek bagi kehidupan, maka tidak boleh direduksi menjadi sekrup dalam mesin ilmu pengetahuan dan teknologi. Eksistensialisme memberikan pencerahan bahwa pendidikan tidak semestinya membelenggu manusia. Menurut Fasli Jalal dan Dedi Supriadi bahwa hal yang ada kesejalanan dengan acuan filosofis strategi Pendidikan nasional bahwa pendidikan nasional perlu memiliki karakteristik yang (a) mampu mengembangkan kreativitas, kebudayaan dan peradaban; (b) mendukung dimenasi nilai keunggulan; (c) mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan dan keagaman; (d) mengembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan produktif yang koheren dengan ndai-niiai moral. Inti dari ajaran aliran filsafat ini adalah respek terhadap individu yang unik pada setiap orang. Eksistensi mendahului essensi kita masing-masing. Kaum eksistensi menolak filsafat-filsafat tradisional dan menolak eksistensi keberadaan ihwal metafisika, epistimologi, dan etika. Setiap individu menentukan untuk dirinya sendiri apa itu benar, salah, indah, jelek. Pendidikan seyogyanya menekankan refleksi personal yang mendalam terhadap komitmen dan pilihan sendiri. Manusia adalah essensi dirinya. Kaum eksistensialisme menganjurkan bahwa pendidikan sebagai cars membentuk manusia secara utuh, bukan hanya sebagai pembangun nalar.
Menurut Power, Uyoh Sadulloh mengetriukakan implikasi pendidikan pada filsafat Ektensialisme terhadap tujuan Pendidikan adalah mendorong individu mengembangkan potensi untuk pemenuhan diri. Dalam referensi lain pandangan eksistensialisme tentang teori pendidikan yaitu tujuan pendidikan adalah siswa mengembangkan potensinya masing-masing untuk mencari jati dirinya. Selain itu juga filsafat eksistensi dalam Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan kesadaran individu, memberi kesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangan pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab sendiri, dan mengembangkan komitmen diri.
Dari uraian di atas saya menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri serta mengembangkan kemampuan peserta didik yang mencakup pengetahuan (kognitif) sikap, (efektif) keterampilan (skill) perilaku hasil tindakan, serta pengalaman exploratis (pengalaman lapangan). Sedangkan filsafat eksistensialisme merupakan suatu filsafat yang mendesripsikan bahwa Individualisme adalah pilar central dalam filsafat ini. Jadi implikasi pendidikan pada filsafat Ektensialisme terhadap tujuan Pendidikan adalah memberikan pengalaman yang luas dan komprehensif dalam semua bentuk kehidupan dalam hal ini setiap individu mempunyai eksistensi untuk dirinya supaya mengembangkan potensi dalam dirinya.
2.1    Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme
2.3.1    Pengertian Aliran Filsafat Progresivisme
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Selama 20 tahunan merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini, karena guru ttelah mempelajari dan memahami filsafat Dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya. Kaum progresif sendiri mengkritik filsafat Dewey. Perubahan masyarakat yang dilontarkan oleh Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan kaum progesif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan. Aliran progesivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan berpusat pada anak (chil centered) bukan hanya fokus pada guru atau kurikulum.
Gerakan progesif terkenal luas karena karena reaksinya terhadap formaline dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras belajar pasif, dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena dengan imbauannya kepada guru-guru. “kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan pendidikan progesifisme merupakan semacam kendaraan mutahhir, untuk digelarkan.
Biasanya aliran progesifisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup liberal “The liberal road to culture”. yang dimaksudkan dengan ini ialah pandangan hidup yang mempunyi sifat-sifat berikut: fleksibel (tidak kaku, tidak menolak perubahan, tidak terikat oleh suatu doktrin tertentu), corious (ingin mengetahui, ingin menyelidiki), toleran dan open-minded (mempunyai hati terbuka).
   Pendidikan Menurut Aliran Progesivisme.
Aliran progesifisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesifisme dalam semua realita kehidupan, dengan tujuan agar manusia dapat bertahan menghadapi semua tantangan hidup. Aliran ini dinamai pula sebagai aliran intrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelgensi manusia sebaga alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, dan untuk mengembangkan kepribadian manusia. Selain itu, aliran ini juga dinamai ekprementalisme, karena aliran ini menyadari dan memraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Selanjutnya aliran ini juga dinamai environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian.
Menurut aliran progesivisme, suatu keterangan itu baru dapat dikatakan benar jika sesuai dengan realitas, atau suatu keterangan akan dikatakan benar kalau sesuai dengan kenyataan. Dengan pandangan yang demikian itu, aliran progesifisme tercatat sebagai pelopor yang membawa kemajuan, dalam bidang kehidupan maupun dalam bidang ilmu pengetahuan, karena setiap ilmu yang dikembangkan oleh aliran ini selalu dikaitkan manfaatnya untuk kemajuan manusia. Aliran ini mencoba mengembangkan ilmu biologi (ilmu hayat), dan ilmu ini manusia diharapkan dapat mengetahui semua masalah kehidupan. Mereka juga mengembangkan antropologi sebagai alat untuk mendapatkan pengalaman hidup, penciptaan budaya dan mencapai hal-hal baru. Selanjutnya, mereka mengembangkan psikologi, dan dengan ilmu inilah manusia akan berfikir tentang dirinya sendiri, lingkungan, pengalaman, sifat-sifat alam, serta dapat menguasai, dan mengatur alam. Dengan berbagai kemampuan yang dicapai tersebut maka manusia akan mencapai kemajuan.
    Strategi Pogesif.
Filsafat progesif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa mendatang. Karenanya, cara terbaik mempersiapkan para siswa untuk suatu masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam kehidupan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada saat ini. Melalui analisis diri dan refleksi yang berkelanjutan, individu dapat mengientifikasi nilai-nilai yang tepat dalam waktu yang dekat.
Orang-orang progesif merasa bahwa kehidupan itu berkembang dalam suatu arah positif dan bahwa umat manusia, muda maupu tua, baik dan dapat dipercaya untuk bertindak dalam minat-minat terbaik mereka sendiri. Berkenaan dengan ini, para pendidik (ahli pendidikan) yang memiliki suatu orientasi progesif memberi kepada siswa sejumlah kebebasan dalam menentukan pengalaman-pengalaman sekolah mereka. Sekalipun demikian, pendidikan progesif tidak berarti bahwa para guru tidak memberi struktur atau para siswa bebas melaksanakan apapun yang mereka inginkan. Guru-guru progesif menilai dengan posisi dimana keberadaaan seorang siswa dan, melalui interaksi keseharian di kelas, mengarahkan siswa untuk melihat bahwa mata pelajaran yang akan dipelajari dapat meningkatkan kehidupan mereka.
    Ciri- ciri.
Aliran ini mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan dalam menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya, mempunyai kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang akan mengancam manusia itu sendiri. Pendidikan dianggap mampu mengubah dan menyelamatkan manusia demi masa depan. Tujuan pendidikan selalu diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus dan bersifat progresif. Sedangkan sifat negatifnya adalah aliran ini kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoritas dan absolute dalam segala bentuk seperti terdapat dalam agama, moral, politik, dan ilmu pengetahuan.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi