TEORI BELAJAR SKINNER

2.1    Biografi B.F. Skinner
B.F. Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat.  Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II.Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia.

2.2 Sejarah Munculnya Teori Kondisioning Operan B.F Skinner


Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat  pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
Skinner mengembangkan teori operant conditioning ini melalui percobaan terhadap burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit. Apabila pengungkit itu kena tekanan maka ia dapat mengeluarkan makanan. Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu :
1)    Respondent response (reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan oleh prangsang-perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu, yang disebut eliciting stimuli, menimbulkan respons-respons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons yang ditimbulkannya.
2)    Operant Response (instrumental response), yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforceri, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Dalam kenyataan, prosedur penyederhanaan operant conditioning banyak variasi dan lebih kompleks.Komponen proses belajar menurut Skinner terdiri dari stimulus yang diskriminatif (discriminative stimulus) dan penguatan (positif, negatif, dan hukuman) untuk menghasilkan respons (perubahan tingkah laku). Stimulus yang diskriminatif menurut Skinner merupakan stimulus yang selalu hadir untuk pemunculan suatu respons. Kunci berwarna merah merupakan stimulus yang diskriminatif dalam percobaan Skinner terhadap burung merpati. Jika merpati mematuk kunci merah maka merpati akan memperoleh makanan. Setelah beberapa kali pengulangan, jika kunci diganti warna maka merpati tidak akan mematuk. Makanan dalam hal ini berfungsi sebagai faktor penguatan. Kemungkinan pemunculan respons dapat dimaksimalkan dengan kehadiran stimulus yang diskriminatif. Jika ada stimulus lain yang memiliki persamaaan dengan stimulus diskriminatif maka respons dapat dimunculkan kembali.
Skinner juga membuat eksperimen dalam laboratoriumnya dengan memasukkan tikus kedalam kotak yang disebut Skinner Box.  Kotak ini sudah dilengkapi dengan berbagi perlengkapan yaitu tombol, alat pemberi makan, penampung makanan, lampu yang diatur nyalanya dan lantai yang dialiri oleh listrik.  Karena dorongan lapar sang tikus (hunger drive), si tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus itu bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja tikus itu menekan tombol sehingga makanan keluar. Secara terjadwal, diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang di tunjukkan oleh tikus tersebut, sehingga proses ini disebut shapping. Tujuan dari eksperimen ini sendiri adalah bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Selain itu menghasilkan hukum-hukum dari teori belajar yaitu:
1)    Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku yang diiringi dengan stimulus penguat, maka perilaku itu menguat.
2)    Law of operant of extinction, yaitu jika timbulnya operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat , maka perilaku itu akan menurun.(John W. satrock, 2007).
Jika dalam teori Thorndike dikenal konsep reward, maka dalam teori Skinner menganggap reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Reinforcement (penguatan) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Dan Punishment (hukuman) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.Penguatan boleh jadi kompleks.Penguatan berarti memperkuat. Secara umum reinforcement (penguatan) dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.       Dari Segi Jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
    Reinforcemen primer yaitu reinforcemen yang berupa kebutuhan dasar manusia seperti; makanan, air, keamanan, dan kehangatan.
    Reinforcemen sekunder yaitu reinforcemen yang diasosiasikan dengan reinforcemen primer, seperti; uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli kue kesukaannya.
b.      Dari Segi Bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu:
    Penguatan Positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll) dan berupa perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol, atau penghargaan).
    Penguatan Negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, dan lain-lain).
c.       Waktu pemberian reinforcemen, ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen, yaitu:
    Fixed Rtio (FR) adalah salah satu skedul pemberian reinforcemen ketika reinforcemen diberikan setelah sejumlah tingkah laku. Misalnya, seorang guru mengatakan “kalau kalian dapat menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan cepat dan benar, maka kalian boleh pulang dahulu”.
    Variabel-Ratio (VR) adalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbgai macam reinforcemen, dari reinforcemen satu ke reinforcemen yang lain.
    Fixed Interval (FI), yang diberikan ketika seorang menunjukkan prilaku yang diinginkan pada waktu tertentu.
    Variabel Interval (VI) yaitu reinforcemen yang diberikan tergantung pada waktu dan sebuah respons. Tetapi antara waktu dan reinforcemen bermacam-macam.
Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dan rangsangannya makin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan serta menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Skiner menekankan bahwa hukuman dapat menghasilkan tiga dampak yang tidak diharapkan, yaitu hukuman hanya bersifat sementara dalam menghilangkan respons yang tak diinginkan, hukuman dapat mengakibatkan timbulnya perasaanyang tidak mengenakkan, sepert malu, rasa bersalah, dll, dan hukuman dapat meningkatkan pemunculan perilaku yang dianggap mengurangi hadirnya stimulus yang tidak menyenangkan. Secara umum, hukuman tidak menghasilkan perilaku yang positif.Oleh karena itu, Skinner lebih menganjurkan penggunaan penguatan daripada hukuman jika ingin memperoleh respons yang benar.

Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman. Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman( John W. Satrock, 2007).
Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus    Konsekuensi
Guru menguji murid    Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
Penguatan negative
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu    Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid    Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru    Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung    Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru

Penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.



Implementasi Teori Belajar B.F. Skinner dalam Pembelajaran
Penggunaan teori Skinner ini diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas  sebagai berikut :
1.    Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2.    Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
3.    Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4.    Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5.    Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
6.    Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7.    Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8.    Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
9.    Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10.    Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11.    Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12.    Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13.    Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14.    Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15.    Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda.Tugas guru berat, administrasi kompleks.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar B.F. Skinner
a.       Kelebihan Teori Skinner
Kelebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

b.      Kekurangan / Kelemahan Teori Skinner
Adapun beberapa kekurangan/kelemahan dari teori Skinner ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
1)    Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis,
2)    Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian.
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa. Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi