Cukup Menghebohkan 'Vonis yg Menimpa Ahok Menuai Reaksi yg Beragam. Lihat Apa Saja Reaksinya !



Medan - Magnet yang diciptakan Ahok memang begitu kuat. Vonis yang menimpanya menuai reaksi yang beragam dari masyarakat. Yang sedang viral tentu saja aksi menyalakan lilin dari para Ahokers (sebutan bagi para pendukung Ahok) di sejumlah daerah di Indonesia dan merambat sampai ke beberapa negara di dunia. Fenomena ini tentu saja menarik. Adanya aksi menyalakan lilin seharusnya menjadi alaram bagi pemerintah bahwa Indonesia hari ini sedang tidak baik-baik saja.

Sebuah aksi dilakukan biasanya timbul karena reaksi atas suatu sikap yang dinilai oleh banyak orang yang memiliki rasa yang sama terhadapnya tidak adil atau tidak sejalan dengan prinsip yang berlaku. Sebelum aksi menyalakan lilin, kita telah lebih dahulu mengenal Aksi Bela Islam yang berijid-jilid bahkan Cintra Fitri pun tersaingi.

Baru-baru ini, terdapat aksi lagi yang cukup menghebohkan, meski terdapat aksi-aksi lain juga selain Aksi Bela Islam di Indonesia. Namanya beragam di tiap daerah dan negara, tapi yang jelas intinya satu yakni aksi menyalakan lilin sebagai pertanda agar Ahok dibebaskan yang menurut berbagai pihak hal ini dapat merusak keutuhan NKRI, demokrasi, dan toleransi di negeri ini.

Aksi menyalakan lilin mendapat respon yang cukup besar sebab aksi tergolong aksi spontanitas yang menginginkan pemimpin berintegerites sekaliber Ahok dibebaskan. Menurut salah satu warga negara asing yang ikut melakukan aksi menyalakan lilin bahwa ia menganggap Ahok tidak spesial, sama seperti orang lain. Namun, ketika seseorang masuk penjara selama dua tahun karena urusan itu (penistaan agama maksudnya), ini konyol ujarnya. (silahkan cek di bbc.com)

Sejatinya sebuah aksi atas reaksi yang ditimbulkan terhadap prinsip yang bertentangan selama hal tersebut wajar adalah sah-saha saja. Aksi Bela Islam misalnya. Aksi ini timbul karena umat Islam merasa tersinggung dan tidak terima kitab sucinya dilecehkan oleh Ahok. Adalah hal yang normal bagi pemeluk agama untuk membela apa yang diyakininya. Yang tidak normal adalah ketika agamanya dilecehkan dan dia hanya diam saja.

Aksi atau dalam bahasa undang-undang adalah unjuk rasa pun diperbolehkan di negara ini. Sebab hal itu merupakan kebebasan warga negara dalam menyuarakan haknya. Yang jadi permasalahan adalah ketika aksi tersebut lebih banyak menimbulkan permasalahan dibanding tidak adanya aksi tersebut. Penutupan akses jalan mungkin sudah biasa karena untuk menghargai mereka yang melakukan aksi. Namun, jika sudah menggangu ketertiban, keamanana, merusaka fasilitas, hingga tidak mengindahkan kebersihan, hal ini lah yang patut dikhawatirkan dalam sebuah aksi. Untuk Aksi bela Islam sendiri katanya berlangsung cukup damai bahkan ada tim khusus sendiri yang mencoba membersihkan sampah dan merawat tanaman. Sebuah inisiatif yang baik rasanya mengingat jumlah massanya yang sangat banyak memenuhi area monas dan sekitarnya.

Lalu untuk aksi menyalakan lilin pun sama. Sah-sah saja melakukan aksi tersebut. Bahkan apresiasi yang besar patut diberikan kepada seorang wanita di Padang yang tetap melakukan aksi menyalakan lilin walau hanya sendiri. Di dalam status yang di postingnya, kurang lebih menunjukkan betapa cintanya wanita tersebut dengan bangsa ini karena tidak ingin adanya perpecahan. Bagus, sangat bagus malah. Namun, sangat disayangkan aksi menyalakan lilin tercoreng karena sikap dari beberapa orang yang belum mengerti kultur daerah yang mereka tempati untuk melakukan aksi. Di bandung misalnya. Para massa aksi menyalakan lilin mengalami bentrok dengan Bobotoh (sebutan untuk pendukung Persib) karena di saat yang bersamaan para Bobotoh sedang menonton langsung pertandingan Persib. Para Bobotoh justru dinilai yang menggangu para Ahokers. Padahal sebaliknya menurut warga Bandung, sebab nonton bareng ini adalah hal yang wajar dan telah lama dilakukan. Berbeda dengan aksi menyalakan lilin yang baru pada hari itu dilakukan.

Ironoi sebenarnya. Di sat aksi menyalakan lilin juga memiliki maksud terhadap kritik toleransi di negara ini, di sisi lain secara tidak langsung Ahokers yang di Bandung pun melakukan tindakan intoleran terhadap para Bobotoh.

Namun, terlepas dari masalah yang timbul dari aksi menyalakan lilin, pelajaran pun harusnya banyak dipetik dari beragam aksi yang timbul. Sebenarnya bangsa ini merindukan adanya persatuan yang hakiki dalam keberagaman. Olehnya jangan hanya dengan sebatas aksi, tapi lakukan dalam tindakan nyata bukan dalam dunia maya.

Jika memang benar cinta negara ini dan kalau sudah tau bangsa ini rindu akan persatuan, maka bergerak lah. Sebab kebanyakan orang latah dengan suatu kejadian. Hanya ikut ramenya saja tanpa mau memberikan solusi. Tolerankah jika anak-anak di daerah terpencil masih sulit untuk akses pendidikan sedangkan teman mereka di kota sebaliknya? Tolerankah jika banyak rakyat yang berpikir makan esok hari saja masih susah, tapi di sisi lain orang-orang kaya itu malah sibuk korupsi? Tolerankah ketika masyarakat dan tokoh adat susah payah mempertahankan kebudayaannya, tapi anak-anak mudanya malah hidup glamor dan mendewakan budaya asing?

Meski pendefenisian toleran di atas agak berbelok, namun hal ini dapat menjadi sebuah tamparan bagi kita. Jika karena satu orang saja banyak orang yang bisa bersatu, lantas bersatu bagi negara ini kapan kita bisa bersatu? Apa tunggu Aksi Jomblo Minta Nikah turun tangan baru kita bisa sadar? Sebelum aksi-aksi lain bermunculan mari bangun rasa persatuan dalam diri masing-masing. Stop saling buruk sangka apalagi saling fitnah. Indonesia itu indah karena keberagamannya. Namun, Indonesia hebat berkat persatuannya.
Source : Kerabatnews.com

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi