Microcutting Adalah

Microcutting merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif pada tanaman yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan tunas tanaman tersebut. Pada pembiakan yang telah dilakukan dalam praktikum diberi penambahan berbagai macam zat pengatur tumbuh untuk mendukung pertumbuhan tunas pada umbi talas. Keberhasilan pada microcutting ditandai akan tumbuhnya tunas dan akar pada umbi bawang merah yang telah disemai.

Microcutting dilakukan dengan cara memotong umbi bagian atas dan dan menyisakan satu mata tunas pada umbi tadi. Pada praktikum yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan umbi bawang merah, umbi bawang merah tersebut dipotong karena untung merangsang pertunas. Setelah memotong tunas tersebut kemudian merendam tunas tadi pada zat pengatur tumbuh dengan berbagai macam konsentrasi, konsentrasi zat pengatur tumbuh tersebut yaitu 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm dan 1500 ppm. Zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam praktikum yang dilakukan adalah IAA (Indole Asam Asesat), NAA (Naphtalena Asam Asesat), IBA (Indole Butirat Asetat), dan GA3.

Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara kwalitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Menurut Tio (2012), auksin merupakan ZPT yang berperanan dalam perpanjangan sel pucuk/tunas tanaman. Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar, peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin memacu perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang. Auksin mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar, perkembangan buah, dominansi apikal, fototropisme dan geotropisme. IAA merupakan auksin alami dan IBA, NAA merupakan auksin sintetik. Auksin sintetik relatif lebih aktif juga lebih stabil karena tidak didegradasi oleh enzim dalam tanaman. Giberelin merupakan ZPT yang berperan dalam mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun, mendorong pembungaan dan perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Giberelin dikenal juga dengan nama asam giberelat, mempunyai peranan dalam pembelahan sel dan atau perpanjangan sel tanaman.

Fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut: mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel. Meningkatkan pembungaan. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan biji sehingga biji berkecamba dan berperan pada pemanjangan sel.

Fungsi Sitokinin pada tumbuhan sebagai berikut : Pembelahan sel dan pembesaran sel, Sitokinin memegang peranan penting dalam proses pembelahan dan pembesaran sel, sehingga akan memacu kecepatan pertumbuhan tanaman. Pematahan Dormansi biji. Sitokinin berfungsi untuk mematahkan dormansi (tidak mau berkecambah) pada biji-bijian tanaman. Pembentukkan tunas-tunas baru, turut dipacu dengan penggunaan sitokinin. Penundaan penuaan atau kerusakan pada hasil panenan sehingga lebih awet. Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tanaman. Sintesis pembentukkan protein akan meningkat dengan pemberian Sitokinin.

Golongan sitokinin merangsang pertumbuhan akar, auksin (NAA, IBA dan IAA) merangsang pertumbuhan pucuk dan giberelin (GA3) memacu pembelahan sel sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat. Zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah Auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3-acetic acid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acid (NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang merupakan auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam pengakaran stek.

Berdasarkan data hasil rekapan, sebagian besar umbi bawang merah yang ditanam dapat berkecambah atau muncul tunas. Perlakuan pemberian ZPT paling baik ditunjukkan pada perlakuan ZPT NAA. Hal ini ditunjukkan bahwa pada perlakuan tersebut, semua umbi bawang merah yang ditanam pada berbagai konsentrasi mampu muncul tunas dengan tinggi tunas yang bervariasi. Sedangkan konsentrasi yang paling baik adalah pada konsentrasi 500 ppm karena pada konsentrasi tersebut tunas yang muncul lebih tinggi daripada pemberian konsentrasi yang lain. Perlakuan ZPT dengan hasil terbaik ditunjukkan oleh hasil tanaman dapat tumbuh cepat dengan tinggi 0,5 cm pada ulangan 1 dan 1 cm pada ulangan 2.

Berdasarkan data hasil rekapan, perlakuan pemberian ZPT paling rendah pengaruhnya ditunjukkan pada perlakuan ZPT IAA. Hal ini ditunjukkan bahwa pada perlakuan tersebut, sebagian besar umbi bawang merah yang ditanam pada berbagai konsentrasi tidak mampu muncul tunas. Perlakuan ZPT IAA tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tunas bawang merah, karena disebabkan perlakuan konsentrasi ZPT IAA yang diberikan belum cukup membantu umbi bawang merah dalam pembentukan tunas, selain itu kurangnya perawatan dan penyiraman mungkin menjadi salah satu faktor gagalnya muncul tunas pada umbi bawang merah.

Berdasarkan data hasil rekapan, sebagian besar umbi bawang merah yang ditanam dapat berkecambah atau muncul tunas. Perlakuan pemberian ZPT paling baik ditunjukkan pada perlakuan ZPT NAA. Hal ini ditunjukkan bahwa pada perlakuan tersebut, semua umbi bawang merah yang ditanam pada berbagai konsentrasi mampu muncul tunas dengan tinggi tunas yang bervariasi. Sedangkan konsentrasi yang paling baik adalah pada konsentrasi 500 ppm karena pada konsentrasi tersebut tunas yang muncul lebih tinggi daripada pemberian konsentrasi yang lain. Perlakuan ZPT dengan hasil terbaik ditunjukkan oleh hasil tanaman dapat tumbuh cepat dengan tinggi 0,5 cm pada ulangan 1 dan 1 cm pada ulangan 2. Pemberian ZPT IAA 1000 ppm merupakan hasil yang terbaik dengan tinggi tunas sepanjang 0,7 cm dan muncul 2 tunas. Pemberian ZPT IBA 1000 ppm merupakan hasil yang paling baik untuk pemberian IAA karena tumbuh 3 tunas baru dengan tinggi tunas 0,3 cm. Pemberian IGA yang paling baik adalah pemberian IGA 1000 ppm yang menghasilkan 3 tunas dengan tinggi 0,4 cm.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi