Contoh Kerangka Teoritis

 Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran. Tetapi pada hakikatnya model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas dibandingkan pendekatan. Ngalimun (2012:27) mengemukakan bahwa “Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”. Menurut Istarani (2011:1) bahwa : “Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar”.

Joyce dan Weill (Rusman 2012:133) mengemukakan bahwa: “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran , membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rancangan pembelajaran yang digunakan secara langsung untuk mendesain proses belajar mengajar di dalam maupun di luar kelas.

2.1.1.1 Hakikat Model Pembelajaran Problem Based Learning

Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk menunjang pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberdayakan pembelajaran yang ada adalah dengan model pembelajaran Problem Based Learning.

Menurut Rusman (2012:42) bahwa : ”Model pembelajaran Problem Based Learning dipopulerkan pada tahun 1970-an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi dalam mendiagnosa dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan situasi yang ada”. Akhir-akhir ini perkembangan tersebut semakin nyata terutama karena beberapa hal berikut, yaitu: adanya peningkatan tuntutan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek, aksesibilitas informasi dan ledakan pengetahuan, perlunya penekanan kompetensi dunia nyata dalam belajar, serta perkembangan dalam bidang pembelajaran, psikologi, dan pedagogik.

Menurut Nurhadi (Puspita 2014:86) : “Model pembelajaran ini menekankan pada siswa untuk menemukan suatu permasalahan kemudian siswa diarahkan untuk menggunakan pengetahuan yang ada agar dapat memecahkan masalah kemudian menemukan pengetahuan yang baru.

Moffit ( Rusman 2012:241 ) mengemukakan bahwa :

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran”.

Menurut Ibrahim dan Nur ( Rusman 2012:241 ) bahwa :

Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar.

Dari beberapa definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu model yang menuntut siswa untuk menemukan masalah pembelajaran dengan mencari informasi dari berbagai sumber sehingga pada akhirnya siswa dilatih mempersiapkan diri untuk mengevaluasi pemecahan masalah dimasa yang akan datang.

Landasan Problem Based Learning merupakan suatu landasan berfikir yang dikembangkan dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas kemudian dikembangkan, sehingga siswa dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri dan menemukan ide baru.

Ibrahim dan Nur (Rusman 2012:243) mengemukakan bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Langkah – langkah Pembelajaran Berbasis Masalah




Fase

Indikator

Tingkah Laku Guru


1.

Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang

diperlukan , dan memotivasi siswa

terlibat pada aktivitas pemecahan

masalah


2.

Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.


3.

Membimbing pengalaman individual / kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.


4.

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan , dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.


5.

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan


(Sumber : Rusman 2012:243)

Setiap model pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan, demikian juga dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Menurut Hamruni (2012:114-115) keunggulan dan kelemahan model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:

a. Keunggulan Model Problem Based Learning

1) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.

2) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3) Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4) Membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5) Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

6) Mendorong siswa untuk melaukan evaluasi sendiri, baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

7) Memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.

8) Lebih menyenangkan dan disukai siswa.

9) Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan dengan pengetahuan baru.

10) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

11) Mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar meskipun belajar pada pend idikan formal telah berakhir.

a. Kelemahan Model Problem Based Learning

1) Ketika siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

2) Keberhasilan pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang pelajari, meraeka tidak akan belajar apa yang yang mereka ingin pelajari.

2.1.1.2 Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Keberhasilan suatu proses pembelajaran, tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan keaktifan siswa dalam belajar. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, sehingga hasil belajar dapat diraih secara optimal.

Menurut Ngalimun (2012:7) bahwa :

Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat - perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku – buku , film , komputer kurikulum dan lain – lain.



Model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar adalah model pembelajaran contextual teaching learning. Dimana model pembelajaran Contextual Teaching and Learning tidak mengharuskan siswa untuk menghafal fakta-fakta tetapi sebuah pendekatan yang mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan mereka sehari – hari.

Menurut Trianto (2011:104) bahwa :

Pembelajaran Contextual teaching Learning adalah merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga , warga negara, dan tenaga kerja.

Nurhadi (Rahayuningsih 2013:174) menyatakan bahwa:

Model pembelajaran CTL merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan dengan kontek kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial budaya masyarakat.

Menurut Direktorat Pembinaan SMP (Surianta 2013:5 ) bahwa:

“Pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa dalam membuat hubungan antar pengetahuan yang dipelajarinya dan masalah dalam kehidupan mereka”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Rusman (2012:191 ) bahwa “ pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu kontruktivisme (contructivism), Inquiry (Inkuiri), Questioning ( bertanya), Masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection ), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assesment)”.

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah , menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaedah yang siap untuk diambil dan diingat melainkan manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman semakin berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman.

Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil-hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkan. Cara menemukan sendiri ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman meyelidiki masalah dengan menggunakan keterampilan yang sesuai dengan metode ilmiah.

Jadi disini siswa dapat mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain, sebab dengan menemukan dan menyelidiki sendiri maka hasil yang didapati akan lebih bertahan lama dan tidak mudah untuk dilupakan. Dengan inkuiri siswa diharapkan mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan berfikir kritis.

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari “ bertanya”. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Untuk itu dalam pembelajaran kontekstual guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok- kelompok belajar siswa dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen.

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman belajarnya. Metode pembelajaran denga teknik learning community ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas.

Komponen dalam pembelajaran kontekstual selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilam atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pembelajaran kontekstual guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seseorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya.

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa saja yang sudah dilakukan dimasa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.

Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning menurut Rusman (2012:192) adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna , apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.

2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan – pertanyaan.

4. Menciptakan masyarakat belajar , seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab, danlain sebagainya.

5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran , bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya.

6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

7. Melakukan penilaian secara objektif , yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.



Menurut Muslich (Rahayuningsih 2013:175) menyebutkan bahwa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebagai berikut :

Kelebihan model pembelajaran CTL :

1. Memberikan kesempatan pada siswa untuk maju terus sesuai potensi yang dimiliki sehingga siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar.

2. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data , memahami sesuatu dan memecahkan masalah dan guru lebih kreatif.

3. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

4. Membantu siswa bekerja dengan kreatif dalam kelompok.

5. Terbentuknya sikap kerja sama yang baik antara individu maupun kelompok.

Kekurangan model pembelajaran CTL :

1. Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan kurang , yang kemudian rasa tidak percaya diri bagi yang kemampuannya kurang.

2. Pengetahuan yang didapat oleh siswa berbeda-beda karena tidak merata.

3. Bagi siswa yang di dapat oleh siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran CTL akan terus tertinggal dan kesulitan untuk mengejar karena dalam pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri.


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah memberikan penekanan pada penggunaan berfikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan, pemodelan, informasi dan data dari berbagai sumber. Dalam kaitan dengan evaluasi, pembelajaran dengan kontekstual lebih menekankan pada authentic assesment yang diperoleh dari berbagai kegiatan. Model pembelajaran Contextual Teaching Learning ini merupakan pengajaran yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan akademis siswa di sekolah dan di luar sekolah untuk memecahkan masalah seluruh persoalan pada mata pelajaran akuntansi. Tugas guru dalam penggunaan model pembelajaran Contextual Teaching Learning ini dalam kelas adalah membantu siswa mencapai tujuan, maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi. Disini tugas guru yaitu mengelola kelas agar siswa bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru. Sehingga kelas yang kita ajarkan tidak pasif dan membosankan. Pendekatan kontekstual ini perlu diterapkan mengingat bahwa sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. Melalui pendekatan kontekstual ini siswa diharapkan belajar dengan cara mengalami sendiri bukan manghafal.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi