Hakikat Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam bentuk fisik, mentel, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikan unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan yang berkepentingan dengan perkembangan dengan perkembangan total manusia.   sukintaka (2004 :16), memberi batasan tentang pendidikan jasmani yaitu, “pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan total yang mencoba mencapai tujuan untuk menggembangkan kebugaran jasmani, mental, sosial serta emosional bagi masyarakat, dengan wahana aktivitas jasmani”.

Arma abdullah, (2001 : 13) menyatakan “pendidikan jasmani adalah pendidikan yang mengaktulisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindakan, karya yang diberi bentuk, isi dan arah menuju kebutuhan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dam pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, serta emosional yang serta, selaras, seimbang. Fungsi dan tujuan pengajaran pendidikan jasmani merupakan media atau sarana perolehan keterampilan dan pengembangan yang bersifat jasmanilah yang juga diharapkan melalui pendidikan jasmani siswa disosialisasikan kedalam aktivitas jasmani termasuk ketempilan olahraga.



Nixon and Cozens, (1963:51 ) Mengemukakan bahwa pendidikan jasmani didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktivitas dan respons otot yang giat dan dan berkaiatan dengan perubahan yang dihasilkan individu dari respons tersebut.

Dauer dan pangrazi, (1989:1 ) Mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap siswa.

Menurut UNESCO, pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistemanik melalui berbagai kegiatan jasmani, dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak.

Dari banyak pendapat tentang pegertian pendidkan jasmani dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui suatu aktivitas jasmani yang didesain untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neoremascular, perseptual, kognitif dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional.

2. Hakikat Hasil Belajar Siswa

Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari, atau pagi hari.

Tinggi rendahnya kualitas suatu model pembelajaran dipengaruhi hasil belajar siswa dan dapat juga dilihat dari cara belajar siswa tersebut. Jika faktor ini dapat diatasi kemungkinan keberhasilan siswa semakin baik khususnya hasil belajar. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar adalah hasil pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sengaja atau disadari. Proses yang dialami sekurang-kurangnya terjadi perubahan dalam diri siswa seperti penambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Burton 1 (1962: 13 ) belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksinya dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan lingkungannya secara memadai.

James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavion as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Dengan demikian, maka perubahan fisik akibat sengatan serangaa, patah tangan, patah kaki, buta mata, tuli teliga, penyakit bisul, dan sebagainya bukanlah termasuk perubahan akibat belajar. Oleh karenanya, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi