Latar Belakang Sastra

Tags:
A. Latar Belakang

Sastra adalah suatu seni yang hidup bersama-sama dengan bahasa. Tanpa bahasa sastra tidak mungkin ada. Melalui bahasa ia dapat mewujudkan dirinya berupa sastra lisan, maupun tertulis. Walaupun perwujudan sastra menggunakan bahasa, kita tidak dapat memisahkan sastra dari bahasa, ataupun membuangnya dari peradaban bahasa itu sendiri.

Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum. Oleh karena itu setiap tokoh mempunyai sifat-sifat kritis sebagai penyampai amanat dari pengarangnya, misalnya satire, humor, ambiguitas, sarkasme ataupun kritik-kritik sosial lainnya yang tergambar melalui dialog-dialog antartokoh. Unsur paling pokok dalam sebuah drama ada empat, yaitu lakon (naskah drama atau text play), pemain (aktor atau aktris), tempat (gedung pertunjukan), dan penonton. Pada hakekatnya Prosa Fiksi dalam bentuk naskah drama adalah suatu cerita rekaan yang didalamnya terdapat struktur yang di bangun oleh unsur-unsur sastra.

Drama pada awalnya digunakan dalam suatu ritual pemujaan terhadap para dewa. Akan tetapi, ritual tersebut mengalami perkembangan menjadi oratoria, yaitu seni berbicara, kemudian berkembang menjadi drama.

Salah satu jenis drama yang berkembang adalah drama realisme. Realisme adalah aliran atau ajaran yang selalu berpegang pada kenyataan, dan dalam kesenian, aliran ini berusaha mengungkapkan sesuatu sebagaimana kenyataan yang ada. Realisme digambarkan sebagai peniruan, bukan dari karya seni tradisi, melainkan peniruan dari aslinya yang disajikan oleh alam.

Drama realis bermula pada abad 19. Drama ini bertolak dari pikiran positifitis orang Eropa. Drama realis pada umumnya merupakan usaha untuk menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana subjek itu tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa melebih-lebihkan. Drama realis ingin memberikan wawasan dalam kenyataan kehidupan, memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa menyembunyikan keburukan-keburukan yang ada. Pada umumnya, apa yang dikemukakan oleh drama realis adalah suatu kebenaran umum atau wajar.

B. Masalah Dan Tujuan

Masalah utama yang diangkat dalam dalam analisis ini adalah mengkaji tentang analisis stuktural terhadap drama “Pelik” dengan prinsip kerja utama membongkar dan memaparkan unsur-unsur secara cermat dan sedetail mungkin, kemudian disusun kembali secara bersamaan guna mendapatkan hasil pengertian yang menyeluruh

Sementara itu, analisis ini bertujuan mengaplikasikan pendekatan objektif dalam mengungkapkan bagaimana bentuk struktural yang tercermin dalam drama “Pelik”. Yang mana bentuk struktural tersebut merupakan unsur instrinsik dalam drama tersebut.



C. Landasan Teori

Pendekatan Objektif merupakan suatu pendekatan yang hanya menyelidiki karya sastra itu sendiri tanpa menghubungkan dengan hal-hal di luar karya sastra.Hakikat karya sastra adalah perpaduan antara hasil imajinasi seorang sastrawan dengan kehidupan secara faktual. Hasil rekaan manusia itu lebih tinggi nilainya dari kenyataan, karena sastrawan tidak begitu saja meniru atau meneladani kenyataan. Oleh karena itu, dalam memahami karya sastra hendaknya pembaca mengenal berbagai macam teori, yang salah satunya berupa teori objektif yang akan kita bahas di bawah ini. Ciri-ciri yang terdapat dalam teori objektif adalah:

1. Teori objektif memandang karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri sendiri.

2. Menghubungkan konsep-konsep kebahasaan (linguistik) dalam mengkaji suatu karya sastra.

3. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku.

4. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan kaharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya.

5. Struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter, setting, point of view.

6. Untuk mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka unsur-unsur pembentuknya harus dihubungkan satu sama lain.

Pendekatan objektif dengan demikian memusatkan per-hatian semata-mata pada unsur-unsur, yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokul-tural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itulah, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisisergocen-t r i c , pembacaan mikroskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antarunsur di satu pihak, dan unsur-unsur dengan- totalitas di pihak yang lain.

Masuknya pendekatan objektif ke Indonesia sekitar tahun 1960-an, yaitu dengan diperkenalkannya teori strukturalisme, memberikan hasil-hasil yang baru sekaligus maksimal dalam rangka memahami karya sastra. Pendekatan objektif diaplikasikan ke dalam berbagai bidang ilmu dan dunia kehidupan manusia, termasuk mode pakaian dan menu makanan. Pendekatan yang dimaksudkan jelas membawa manusia pada. Penenuan-penemuan bam, yang pada gilirannya akan memberikan masukan terhadap perkembangan strukturalisme itu sendiri.

Dengan adanya penolakan terhadap unsur-unsur yang ada di luarnya, niaka
masalah mendasar yang harus dipecah-kan dalam pendekatan objektif harus dicari dalam
karya ter-sebut, seperti citra bahasa, stilistika, dan aspek-aspek lain yang berfungsi untuk
menimbulkan kualitas estetis. Dalam | fiksi, misalnya, yang dicari adalah unsur-unsur lot, tokoh, latar, kejadian, sudut pandang, dan sebagainya. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik karya akan dieksploi-tasi semaksimal mungkin.

Penilaian objektif berarti menilai suatu karya sastra secara objektif, tidak dengan pendapat pribadi (subjektif). Kriteria utama dalam memberikan penilaian secara objektif itu, menurut Graham Hough dan Wellek Warren adalah pada adanya :

1. Relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terpapar melalui jalan seni, imajinasi maupun rekaan yang keseluruhannya memiliki kasatuan yang utuh, selaras, serta padu dalam pencapaian tujuan tertentu atau memiliki integritas, harmony, dan unity.

2. Daya ungkap, keluasan, serta daya pukau yang disajikan lewat texture serta penataan unsur-unsur kebahasaan maupun struktur verbalnya atau pada adanya consonantia dan klantas.


Langkah Kerja Pendekatan Objektif

1. Prinsip Umum Pendekatan Objektif

· Penganalisisan hanya bertumpu pada teks drama semata dan lepas dari unsure-unsur luar yang mempunyai andil penciptaan sebelumnya.

· Karya fiksi si bangun oleh beberapa unsure, seperti gaya bahasa, sudut pandang, alur, penokohan, dan latar.

· Penganalisisan drama sebagai genre sastra adalah dengan membongkar unsure subunsur yang sekecil-kecilnya, untuk disusun kembali logikarasional.

· Keseluruhan dan kebutuhan drama dipreteli menjadi unsure-unsur tetapi tidak dibiarkan terpisah dan terlepas.

· Antar unsure makna bahasa dengan unsure penunjang struktur bahasa, tidak dapat dilihat sebagai unsur-unsur yang berdiri sendiri.

· Penginterpretasian dilakukan bertahap-tahap sesuai dengan hubungan unsure-unsur yang sederajat dan setingkat.


2. Prinsip Terapan Pendekatan Objektif

Beberapa prinsip dalam telaah unsure penokohan drama adalah sebagai berikut:

· Pemahaman tokoh atau gelar salah satu bagian yang perlu dijadikan dsar untuk memahami penokohan dan perwatakan.

· Penokohan tidak sama dengan perwatakan.

· Jarang tokoh memerankan peran tunggal, dan pada umumnya setiap tokoh mempunyai beberapa peran yang sangat bergantung pada interaksi social yang dilkaukannya.

· Setiap peran membawa misi permasalahan dan konflik drama.

· Setiap peran selalu hadir berpasangan dengan peran lain dalam membentuk suatu permasalahan.

· Setiap tokoh dapat dibedakan atas tiga keadaan yaitu keadaan fisik, psikis dan sosial.

· Antara keadaan fisik, psikis dan social haruslah terdapat keserasian dan saling menunjang dalam membangun permasalahan dan konflik.

· Unsur penokohan tidak berdiri sendiri tetapi ia saling berhubungan dengan unsure lain.

Beberapa prinsip dalam penganalisisan latar dan ruang drama adalah sebagai berikut:

· Latar mencakup informasi tentang suasana, tempat tampak dn waktu.

· Fungsi latar adalah memperjelas unsure penokohan dan alur.

· pelukisan latar dan ruang dalam drama dapat saja sama dengan realitas objektif.

· Latar dan ruang drama dapat saja berbentuk abstrak.

· Unsur latar dan ruang terkait langsung dengan unsure penokohan, peristiwa dan motif juga cenderung bersifat abstrak.



Beberapa prinsip dalam penganalisisan gaya bahasa adalah sebagai berikut:

Ø Penggarapan bahasa atau gaya bahasa drama merupakan cara yang sebaik-baiknya untuk menyampaikan informasi penokohan, peristiwa, dan motif, latar, ruang dengan memanfaatkan kelebihan dan kekurangan bahasa tulisan sebagai medium teks drama.



Ø Perbedaan watak tokoh akibat tuntutan peran tokoh yang berbeda, harus dibedakan oleh gaya bahasa.

BAB II

PEMBAHASAN



A. Sinopsis Drama “Pelik”

Drama ini mengisahkan tentang suatu keluarga yang kaya raya. Sang suami bekerja kantoran, istri hanya seorang ibu rumah tangga yang gaul, mewah dan gayanya tidak pernah ketinggalan zaman, dia selalu mengikuti trend masa kini. Tapi di samping kemewahan itu semua mereka mempunyai seorang anak perempuan yang cacat. Mereka tidak pernah mengakui bahwa dia adalah anak mereka. Karena anak cacat tersebut selalu ikut dengan pembantunya kemanapun ia pergi, maka orang-orang pun menganggap anak itu adalah anak si pembantu tersebut.

Pada suatu ketika ketika sang suami sudah berangkat kerja, datanglah seorang perempuan bertamu ke rumah mereka. Yang mana perempuan ini adalah salah satu teman dari si istri tadi. Dia hendak bermaksud menawarkan gelang, kalung, dan cincin emas trend terbaru supaya si istri kaya raya ini membelinya. Setelah lama bercakap-cakap dan tawar menawar tiba-tiba anaknya yang cacat keluar sambil memanggil mamanya yang diikuti dengan pembantunya yang bermaksud untuk mengejar si anak cacat tersebut. Lalu tiba-tiba sang ibu pun memarahi pembantunya dengan mengatakan : “kamu apakan anakku bi ? “

Mendengar kalimat tersebut tamunya pun telah mengetahui bahwa anak tersebut adalah anak dari temannya yang kaya raya ini. Lalu dia berkata begini : “jadi kamu telah menipu kami selama ini ?” mendengar hal tersebut ibu dari anak cacat tersebut bingung dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Melihat kebingungan tersebut si pembantu angkat bicara, dia mengatakan bahwa teman dari majikannya juga adalah seorang penipu. Dia telah menjual perhiasan-perhiasan yang palsu kepada majikannya. Mendengar hal tersebut majikannya pun marah dan mengambil pisau begitu juga dengan temannya turut mengambil pisau dan mereka saling berkelahi. Lalu tiba-tiba si penjual emas palsu menangkap si anak cacat dan hendak membunuhnya. Tetapi sang ibu berusaha menyelamatkan anaknya walaupunpada akhirnya dia yang terbunuh. Melihat kejadian tersebut si pembantu mengambil tindakan dia mengambil pisau dan menusuk si penjual emas palsu tersebut dari belakang dan ikut meninggal bersama teman yang dibunuhnya. Melihat kejadian tersebut sang suami hanya bisa menangis dan pasrah pada Tuhan. Sekarang dia hanya mempunyai anaknya yang cacat, tapi walaupun cacat dia selalu menyayangi anaknya tersebut.



B. Analisis objektif drama “pelik”



1. Tema

Esten (1978 : 22) mengemukakan bahwa tema adalah sesuatu yang menjadi pemikiran, sesuatu yang menjadi persoalan bagi pengarang. Yang menjadi tema dalam drama ini adalah keluarga yang mana menceritakan tentang suatu keluarga yang malu mengakui anaknya yang cacat.

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman, 1991: 16). Tokoh-tokoh dalam drama ini adalah Mat Kontan, Paijah, Soleman, Utai dan Tukang Pijat. Berdasarkan fungsinya, tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral dapat dibagi menjadi tokoh protagonis, antagonis, dan wirawan atau wirawati.

Adapun tokoh-tokoh drama ini adalah :

a. Suami yang merupakan salah satu tokoh protagonis dalam drama tersebut karena walaupun anaknya cacat dis selalu menyayanginya.

b. Istri, disini pada awalnya tokoh istri merupakan tokoh yang antagonis karena dia tidak mau mengakui anaknya yang cacat. Tetapi pada bagian akhir drama tokoh ini menjadi protagonis karena dia berusaha menyelamatkan anaknya dari ancaman temannya sendiri.

c. Anak cacat adalah tokoh yang protagonis.

d. Pembantu, dalam drama ini tampak jelas bahwa tokoh pembantu dalam drama ini adalah tokoh protagonis. Contohnya : pada saat adegan tokoh pembantu mengungkapkan kejahatan teman majikannya.

e. Penjual perhiasan palsu (teman tokoh istri), sudah tampak jelas dalam semua adegannya tokoh ini adalah tokoh yang antagonis. Tokoh ini berusaha menipu teman-temannya dengan menjual pehiasan-perhiasan palsu dengan harga yang sangat tinggi, selain itu dia juga membunuh temannya sendiri.





3. Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungkan dengan hukum sebab-akibat (Sumardjo, 1994: 139). Alur merupakan salah satu aspek penting dalam drama karena alur merupakan pembentuk kerangka cerita. Aristoteles bahkan menyatakan bahwa alur adalah roh drama (Sumardjo, 1994: 141). Alur dalam drama ini adalah alur maju. Terlihat jelas tahapan-tahapannya yaitu pengenalan tokoh, munculnya konflik, puncak masalah, dan penyelesaian masalah.

4. Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya yang membangun cerita (Sudiman dalam Teeuw, 2003: 44). Latar dibedakan atas dua macam yaitu latar sosial dan latar fisik atau material (Hudson dalam Teeuw, 2003: 44). Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, dan bahasa. Latar fisik adalah tempat di dalam wujud fisiknya, yaitu ruang, bangunan, lokasi dan sebagainya. Yang menjadi latar dari drama ini adalah rumah keluarga kaya tersebut.

5. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam sebuah karya sastra. Adapun yang menjadi amanat atau pesan moral dari drama ini adalah jangan lah sesekali kita malu mengakui sesorang yang kita kenal apalagi itu adalah anak kita apapun kekurangannya. Karena sejelek apapun ataupun sebanyak apapun kekurangan kita dia adalah tetap darah daging kita sendiri.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi