Exsitu Conservation

Ex-situ conservation is the conservation methods that conserve the natural distribution of the species outside of its original population. Conservation is the process of protecting rare species of plants and animals taking them from habitat unsafe or threatened and placed under the protection of humans. Ex-situ conservation purposes to obtain the ideal storage conditions so the storage of germplasm can maintain by pressing the metabolism at a very low. According to Robert Harington and King (1979) Seed saving is one of the methods of preservation of the easiest and cheapest ang genotype.

Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengkonservasi spesies diluar distribusi alami dari populasi aslinya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan langka dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya di bawah perlindungan manusia. Tujuan konservasi ex-situ untuk mendapatkan kondisi penyimpanan yang ideal sehingga penyimpana plasma nutfah dapat diprtahankan dengan menekan proses metabolism pada tingkat yang sangat mini. Menurut Harington dalam Robert dan King(1979) penyimpanan benih adalah salah satu metode preservasi genotif ang termudah dan termurah.

Ex-situ conservation, eliminating species of other ecological context, protecting semi-isolated under conditions where natural evolution and adaptation process be suspended or modified by introducing specimens in natural habitats (artificial). Preservation of plants by means of transferring the growing place of origin, by itself reflected no intention to maintain a more intensive by reducing the growing areas, using enough manpower, adequate facilities, or even the use of materials, sophisticated tools such as at designated in vitro culture techniques.

Konservasi ex-situ, menghilangkan spesies dari konteks ekologi lainnya, melindunginya dibawah kondisi semi terisolasi dimana evolusi alami dan proses adaptasi dihentikan sementara atau diubah dengan mengintroduksi specimen pada habitat yang tidak alami (buatan). Pelestarian tanaman dengan cara memindah tempatkan dari tempat asal tumbuhnya, dengan sendirinya tercermin ada unsur kesengajaan untuk memelihara lebih intensif dengan cara mengurangi luas areal penanaman, menggunakan tenaga kerja yang cukup, sarana yang memadai, atau bahkan menggunakan bahan-bahan, alat-alat yang canggih seperti yang di peruntukkan pada kultur teknik in vitro.

Some things that become obstacles in implementation is in need of educated and skilled workers have a full sense of responsibility at work, completeness materials and tools needed are often very limited, store in this way, especially with the nursery can not guarantee long-term storage. On the other hand the advantages that can be expected no less. By using this method we can better monitor the rescue collections, both in cultivation and vandalism problems. In addition it can be added at any time collection whenever possible, either already identified or are still being in its early stages eksplorisasi. Researchers often encounter difficulties when requested proposals for research related to the use of varieties lanras for certain crops.

Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaannya adalah di perlukan tenaga terampil yang terdidik dan mempunyai rasa tanggung jawab penuh pada pekerjaannya, kelengkapan bahan dan alat yang di butuhkan seringkali sangat terbatas, menyimpan cara ini khususnya dengan kebun pembibitan tidak dapat menjamin penyimpan jangka panjang. Dipihak lain keuntungan yang dapat di harapkan tidak sedikit. Dengan menggunakan cara ini kita dapat lebih memantau penyelamatan koleksi, baik secara budidaya maupun masalah vandalisme. Selain itu dapat ditambah koleksi setiap saat bila mana memungkinkan, baik yang sudah teridentifikasi maupun yang masih sedang dalam taraf eksplorisasi. Sering para peneliti mengalami kesukaran bila di minta usulan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan varietas-varietas lanras untuk tanaman tertentu.

In general, germplasm conservation system in ex-situ inadequate. Until the present national system of ex-situ conservation of existing can be described as follows:

Indonesian botanical garden, is responsible on the type of botany, so the preferred placement of the completeness of the collection of indigenous plants in Indonesia. Due to limited land or plantation then still needed additional botanical terhadapkoleksi present in the botanical garden that can be planted in various types of other pelestairian footprint. Genetic diversity not be mandated because the botanical garden is in the collection show the diversity of botany.

Secara umum sistem pelestarian plasma nutfah secara ex-situ belum memadai. Sampai saat sekarang sistem nasional pelestarian ex-situ yang ada dapat digambarkan sebagai berikut:

Kebun raya Indonesia, bertanggung jawab pada jenis botani, jadi diutamakan penempatan kelengkapan koleksi tanaman pribumi yang ada di Indonesia. Karena keterbatasan lahan atau areal kebun maka masih diperlukan adanya tambahan terhadapkoleksi botani yang ada dalam kebun raya itu yang dapat ditanam diberbagai tipe tapak pelestairian lainnya. Keanekaragaman plasma nutfah tidak menjadi mandat kebun raya sebab koleksi lebih ditunjukkan kepada keragaman jenis botani.

Germplasm gardens, such as the PUSPITEK emphasis on economic growth potential. Therefore planted populations to capture the diversity of germplasm. Arboretum is a botanical collection of specialized only in the contents of the collection of types of trees. Because it can also be represented in its tree diversity, so it can function as a garden arboretum forest trees.

Kebun plasma nutfah, seperti pada PUSPITEK menekankan pada tumbuhan yang berpotensi ekonomi. Oleh karena itu ditanam populasi jenis untuk menangkap keaneka ragaman plasma nutfah. Arboretum merupakan koleksi botani yang khusus hanya di isi dengan koleksi jenis pepohonan. Karena sifatnya dapat pula keanekaragaman pohon diwakili didalamnya, sehingga arboretum dapat berfungsi sebagi kebun pohon-pohon hutan.

Forest Park highway, is an arboretum which given an additional function as a place of recreation. Has a nature that is the most appropriate place managed the forest department.

Taman hutan raya, adalah arboretum yang di beri fungsi tambahan sebagai tempat rekreasi. Memiliki sifatnya itu tempat ini paling tepat dikelola pihak departemen kehutanan.

Gardens king (not a botanical garden) is the successor to the nation's culture in fostering the city's lungs are filled with a variety of garden plants king there. So it very suitable to be handled by the province to allow the local government can take advantage of a local germplasm forany of purposes.

Kebun raja (bukan kebun raya) adalah penerus budaya bangsa dalam membina paru-paru kota yang diisi dengan beraneka tumbuhan setempat.Karena itu kebun raja sangat cocok untuk ditangani oleh provinsi untuk memungkinkan pemerintah daerah setempat dapat memanfaatkan plasma nutfah daerahnya untuk mberbagai macam keperluan.

Gardens campus should as a garden collection for educational purposes as well as a field laboratory for germ plasm education.

Kebun kampus seyogyanya sebagai suatu kebun koleksi untuk keperluan pendidikan serta laboratorium lapangan guna pendidikan perplasmanutfahan.

Garden collection is handled garden research institutions that generally contain superior germplasm collection of the past as well as the type of germplasm other devices that can directly be used in the assembly of a new superior species.

Kebun koleksi adalah kebun yang ditangani lembaga-lembaga penelitian yang umumnya berisi koleksi plasma nutfah jenis unggul masa lalu serta perangkat plasma nutfah lainnya yang langsung dapat dimanfaatkan dalam perakitan jenis unggul baru.

The zoo tried to include all kinds and types of garden plants above only limit themselves to wild animals and pets. Besides, it's not impossible combines zoo with farm king, because in the early history of both fused.

Kebun binatang mencoba meliputi semua macam dan tipe kebun tumbuhan diatas hanya membatasi diri pada binatang liar dan hewan peliharaan. Disamping itu bukannya tidak mungkin menggabungkan kebun binatang dengan kebun raja, karena pada mula sejarahnya keduanya menyatu.

Conservation efforts carried out by ex-situ conservation is planting in a new collection/outside their natural habitat. Samples collected from the exploration in the form of seeds, tubers, cuttings and other plant organs. The material in the form of plant organs were sterilized using Rootone-F, then planted in pots in the greenhouse maintenance and garden maintenance (visitor plot). Plant maintenance carried out by watering, fertilizing both Gandasil and NPK fertilizers, pest and disease control, and trimming (Ronny Yuniar Galingging, 2006).

Usaha pelestarian dilakukan dengan konservasi secara ex-situ yaitu penanaman di tempat koleksi baru/di luar habitat alaminya. Contoh tanaman yang dikumpulkan dari eksplorasi berupa biji, umbi, setek dan organ tanaman lainnya. Materi berupa organ tanaman disterilisasi menggunakan Rootone-F, selanjutnya ditanam di pot-pot pemeliharaan di rumah kaca dan kebun pemeliharaan (visitor plot). Pemeliharaan tanaman dilaksanakan dengan penyiraman, pemupukan baik pupuk Gandasil maupun pupuk NPK, pengendalian hama dan penyakit, dan pemangkasan (Ronny Yuniar Galingging, 2006).

According to Suharto. (2004), up to now there is no policy on a national scale, integrated and comprehensive view of the management of germplasm. Germplasm management segmented according to its management agency. So that the progress of science and technology in the management agency that one does not have an impact on other institutions. In addition to the above problems, the policy while only some of the provisions contained in the Act and Regulations implementation, which is a partial policy and (maybe) kontemporer and inflisit assert it was not meaning to be germplasm. When examined policies issued related to the manager of institutions natural resources then in very less explicitly stated will be the efforts of genetic resource management it (germplasm).

Menurut Suharto. (2004), sampai dengan saat ini belum ada suatu kebijakan yang berskala nasional, terintegrasi dan komprehensif tentang pengelolaan plasma nutfah. Pengelolaan plasma nutfah terkotak-kotak sesuai dengan lembaga pengelolaanya. Sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada lembaga pengelola yang satu tidak berdampak pada lembaga lainnya. Selain permasalahan diatas, dalam kebijakan yang adapun hanya tertuang dalam beberapa pasal dalam Undang Undang dan Peraturan-Peraturan pelaksanaan, yang merupakan kebijakan yang bersifat parsial dan (mungkin) kontemporer dan itu pun tidak secara inflisitmenegaskan makna akan plasma nutfah. Bila dikaji kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan terakait lembaga pengelola sumber daya alam hayati maka di sangat kurang tegas dinyatakan akan upaya-upaya pengelolaan sumberdaya genetik (plasma nutfah)-nya.

The agricultural sector is first advanced in the development of genetic engineering, can be said to begin to pay attention to elements of the germplasm in its policies and even then its very partial and temporal possible. Management of natural resources more focused on the use of the variety of types and only the types that have commercial values. Lack of attention to the development of the types komesial and other types are, of course due to the absence of a policy bias towards the development of genetic issued.

Sektor pertanian yang lebih dahulu maju dalam pengembangan rekayasa genetika, dapat dikatakan mulai memperhatikan unsur plasma nutfah tersebut dalam kebijakannya itupun sifatnya sangat persial dan mungkin temporal. Pengelolaan sumberdaya alam hayati lebih di fokuskan pada pemanfaatan keanekaragam jenis dan hanya pada jenis-jenis yang memiliki nilai-nilai komersial. Kurangnya perhatian pengembangan jenis-jenis komesial dan jenis lainnya tersebut, tentu disebabkan tidak adanya keberpihakan kebijakan yang dikeluarkan kearah pengembangan genetic.

Experts agricultural and biological conservation experts have to thank the traditional farmers who have a key role in managing and protecting the diversity of germplasm resources. Sources of germplasm diversity is very important in the effort to improve the types of crops.

Para ahli pertanian dan ahli konservasi biologi harus berterimakasih kepada para petani tradisional yang mempunyai peranan penting dalam mengelola dan menjaga keanekaragaman sumber plasma nutfah. Keanekaragama sumber plasma nutfah sangat penting dalam upaya memperbaiki jenis-jenis tanaman budidaya.

In an effort to preserve local plant species that have certain advantages necessary ex-situ conservation efforts required breeders as a source of genetic material in an effort to find the type that has advantages. Nevertheless scientists geneticists and breeders experts still require in-situ business types and local cultivars as genetic resources in genetic engineering to improved type of crop.

Dalam upaya menjaga kelestarian jenis-jenis tanaman local yang memiliki keunggulan tertentu diperlukan upaya konservasi ex-situ yang diperlukan para pemulia sebagai bahan sumber genetik dalam upaya menemukan jenis yang mempunyai keunggulan. Walaupun demikian para ilmuwan ahli genetika dan ahli pemulia masih tetap memerlukan usaha in-situ jenis dan kultivar-kultivar lokal sebagai sumber genetic dalam rekayasa genetika untuk memeperbaiki jenis tanaman budidaya.

In the framework of the in-situ conservation of crop diversity, local communities have a particularly important role in developing and managing the genetic diversity of cultivated plant species such. Although ex-situ conservation strategy dominates efforts conservation power genetic resources, but in the last decades many scientists agriculture, especially plant breeders have used the strategy will be in-situ conservation of local cultivars or local types that have specific advantages as a source of genetic plant breeding in the future .

Dalam rangka konservasi in-situ keanekaragaman jenis tanaman budidaya, masyarakat lokal memiliki peran sangat penting terutama dalam mengembangkan dan mengelola keanekaragaman plasma nutfah jenis-jenis tanaman budidaya tersebut. Walaupun strategi konservasi ex-situ mendominasi upaya kenservasi sumber ddaya genetik, tetapi pada decade terakhir banyak ilmuwan pertanian khususnya para pemulia tanaman telah menggunakan pula strategi konservasi in-situ kultivar-kultivar lokal atau jenis lokal yang memiliki keunggulan spesifik sebagai sumber genetic pemuliaan tanaman dimasa depan.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi