Perkembangan Industri Benih Indonesia

Secara nasional, industri perbenihan Indonesia sebenarnya sudah mulai menggeliat. Dengan dibukanya pintu investasi di bidang perbenihan pada awal tahun 90-an beberapa perusahaan benih besar mulai beroperasi. Seiring dengan mulai berproduksinya perusahaan-perusahaan tersebut, perlahan-lahan impor benih beberapa komoditas mulai menurun.

Perkembangan Industri Benih Indonesia Kondisi yang berbeda ditemukan pada tanaman pangan khususnya padi yang masih didominasi oleh benih padi varietas unggul produksi perusahaan benih pemerintah. Pada awal tahun 2000 persentase pemenuhan kebutuhan benihnya masih sekitar 40 % dengan kebutuhan benih potensial sekitar 286 ribu ton, sementara jagung adalah 13% dengan kebutuhan benih potensial sekitar 105 ribu ton, dan kedelai sekitar 8 % dengan kebutuhan benih potensial sekitar 51 ribu ton. Khusus untuk jagung sebagian besar benih yang beredar adalah produksi perusahaan benih swasta berskala internasional. Sementara bisnis benih kedelai tampaknya tidak mengundang minat para investor, padahal di belahan dunia lain bisnis ini cukup menggiurkan.

Perkembangan Industri Benih Indonesia Beberapa Industri Benih :



· Perum Sang Hyang Seri

· PT. Pertani

· East West Seed Indonesia (Cap Panah Merah)

· Tanindo (Cap Kapal Terbang)

· PP Kerja

· Zeneca

· Pioneer

· Tekno kultura



Hambatan Pengembangan Perbenihan di Indonesia

· Masih terbatasnya sumberdaya pemuliaan tanaman professional sehingga hasil pemuliaan tanaman masih rendah

· Varietas yang telah dilepas tidak dapat berkembang karena kurang memenuhi selera masyarakat

· Sertifikasi benih dan pengawasan mutu masih belum memadai baik sumber daya manusia maupun teknologi

· Institusi perbenihan belum dimanfaatkan secara optimal dan sumber daya manusia di bidang perbenihan masih terbatas baik jumlah maupun kualitasnya.

· Kebijakan pemerintah kadangkala tidak konsisten dan terkesan berlebihan

· Penerapan peraturan perundangan terkesan lamban dan belum memenuhi harapan, serta adanya kerancuan persepsi mengenai sertifikasi benih, OECD Scheme, ISTA Rules

Hambatan Pengembangan Perbenihan Indonesia

· Belum ada kebijakan yang jelas mengenai pemilahan peranan antara sektor swasta dengan pemerintah dalam perbenihan, terutama dalam hal produksi. Sering terjadi kompetisi tidak sehat antar keduanya

· Efisiensi produksi benih bersertifikat masih rendah

· Skalausaha

· Hambatan Pengembangan Perbenihan Indonesia

· Usaha pertanian lokasinya tersebar, beberapa di antaranya sarana transportasi sulit, sehingga petani cenderung menggunakan benih asalan

· Harga benih bermutu produksi perusahaan benih formal masih dirasakan terlalu mahal oleh petani, sehingga petani cenderung menggunakan benih dari hasil seleksi pertanamannya sendiri, yang tidak jelas lagi generasinya

· Belum berkembangnya agroindustri yang membutuhkan pasokan produksi tanaman yang dihasilkan dari benih bermutu.

· Tani dan modal usaha kecil, sehingga kebutuhan jumlah benih sedikit, atau cenderung memilih benih harga murah

· Harga jual produk dan keuntungan petani rendah, akibatnya petani memilih menggunakan benih yang harganya murah

· Usaha pertanian lokasinya tersebar, beberapa di antaranya sarana transportasi sulit, sehingga petani cenderung menggunakan benih asalan


Hambatan Pengembangan Perbenihan Indonesia Selain hambatan di dalam negeri, tantangan yang datang dari luar tidak kalah beratnya. Perusahaan multinasional yang sudah mapan dan menguasai pasar dunia bisa mengancam industri benih dalam negeri. Sementara itu, dengan telah diratifikasinya kesepakatan internasional seperti General Agreement on Trade and Tariff (GATT) berarti kita harus siap berkompetisi dalam pasar global. Sehubungan dengan ini, issu sertifikat kesehatan (Phytosanitary Certificate/PC) dapat saja digunakan negara tertentu sebagai pengganti batasan tarif (tariffs as barriers to trade) atau untuk melindungi komoditas pertaniannya.

Maddox (1997) menyatakan bahwa persyaratan PC di beberapa negara kadangkala tidak didasarkan pertimbangan ilmiah dan seringkali tidak adil. Dia mencontohkan, di Mexico sebelum tahun 1991 tidak ada persyaratan PC bagi benih sayuran yang berasal dari USA, namun pada tahun 1994 peraturan baru diterapkan yang menyangkut sekitar 60 patogen. Setelah dipelajari di USA, ternyata sepuluh patogen tidak menyebar melalui benih, delapan sudah ada di Mexico, dua patogen tidak ada di USA dan delapan lainnya dikenal tidak mempunyai nilai ekonomis samasekali di seluruh dunia. Pengalaman ini seharusnya menjadi perhatian dalam membangun sistem perbenihan Indonesia yang tidak saja dapat menjamin ketersediaan benih bermutu di dalam negeri, namun diharapkan juga mampu menembus pasar internasional.

Prinsip umum produksi benih

Varietas baru yang dihasilkan dari suatu program pemuliaan yang memakan waktu, tenaga, dan biaya yang besar, haruslah terbukti lebih baik dari varietas yang sudah umum digunakan petani Praktek budidaya tanaman untuk menghasilkan benih pada dasarnya sama dengan produksi biji untuk konsumsi. Tetapi, produksi benih murni memerlukan perhatian khusus berupa prinsip-prinsip genetis di samping prinsip-prinsip agronomisnya.

Prinsip Genetis Pada prinsipnya, memproduksi benih adalah mengantarkan keunggulan suatu varietas yang sudah dirakit sedemikian rupa oleh pemulia, kepada petani yang sangat mengharapkan keunggulan tersebut untuk peningkatan pendapatannya. Hindari terjadinya KEMUNDURAN VARIETAS

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi