Aliran Filsafat Pendidikan Eksistensialisme

2.2.1    Pengertian Aliran Filsafat Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah salah satu pendatang barU dalam dunia filsafat. Eksistensialisme hampir sepenuhnya merupakan produk abad XX. Kata "eksistensi" menurut Save M. Dagun, berasal dari bahasa Latin yaitu "Existere ", kata "Ex" yang berarti keluar dan kata "Sitere" yang berarti membuat berdiri. Jadi eksistensialisme berarti apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa saja yang dialami. Lebih lanjut Titus  menjelaskan bahwa eksistensialisme adalah aliran filsafat yang melukiskan dan mendiagnosa kedudukan manusia yang sulit. Titik sentralnya adalah manusia Menem Eksistensialise, hakekat manusia terletak dalam eksistensi dan aktivitasnya. Menurut Heideggard eksistensi barasal dari kata "Das wesen das desains liegh in seiner Existentz" kata da-sein tersusun dari dad an sain. Kata "da" yang berarti disana, dan kata "sein" berarti berada. Yang berarti manusia sadar dengan tempatnya. Sedangkan menurut Parkay aliran eksistensialisme terbagi menjadi dua yaitu bersifat theistik (bertuhan) dan atheis. Dalam aliran eksistensialisme ada dua jenis filsafat trad;sional yaitu filsafat spekulatif (yang menyatakan bahwa pengalaman tidak banyak berpengaruh pada individu, dan filsafat skeptif (yang menyatakan bahwa semua pengalaman adalah palsu tidak ada sesuatu yang dapat kita kenal dari realita, menurut mereka metafisika adalah sementara). Dari pemyataan diatas eksistensialisme merupakan yang secara khusus mendeskripsikan eksistensi dan pengalaman manusia dengan metodologi fenomenologi (cara manusia berada).
Eksistensialisme juga merupakan suatu reaksi terhadap materialisme dan idealisme. Pendapat materialisme terhadap manusia adalah manusia merupakan benda dunia, manusia adalah materi, dan manusia adalah sesuatu yang ada tanpa menjadi subyek. Sedangkan pandangan manusia menurut idealisme manusia hanya sebagai subyek atau hanya sebagai suatu kesadaran. Eksistensialisme beryakinan bahwa paparan manusia harus dipangkalkan eksistensi, sehingga aliran eksistensialisme penuh dengan lukisan-lukisan yang kongrit. Menurut Callahan filsafat pendidikan Eksistensialisme berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri. Jadi dari uraian diatas eksistensialisme adalah aliran yang berpendirian (pada umumnya) bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia yang kongrit, yaitu manusia sebagai existensi itu mendahului essensi. Eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logic atau tidak ilmiyah. Eksistensialisme menolak bentuk kernutlakan rasional.
Paham eksistensisialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri dari berbagai pandangan yang berbeda-beda. Namun demikian, pandangan- pandangan tersebut memiliki beberapa persamaan sehingga mereka dapat dikatakan filsafat eksistensialisme. Persamaan-persamaan tersebut dikemukakan oleh Harun Hadiwijono sebagai berikut:
a.    Motif pokok ialah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara khas manusia berada.
b.    Bereksistensi harus diartikan secara dinamis.
c.    Dalam filsafat eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka.
d.    Filsafat eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang kongret, pengalaman yang eksistensial.
Berbicara tentang nilai, eksistensialisme menekankan kebebasan terhadap tindakan. Tetapi seseorang harus mampu menciptakan tujuannya. Apabila seseorang menerima tujuan kelompok, ia harus menjadikan tujuan tersebut menjadi miliknya. Dengan ketentuan bahwa setiap situasi tujuan tersebut merupakan tujuan yang harus dicapai. Jadi tujuan itu diperoleh dalam situasi.
Dari sekian banyak pengertian diatas garis besar aliran eksistensialisme ini berkeyakinan bahwa segala sesuatu dimulai dari pengalaman pribadi, kenyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasaan jalan untuk mencapai keinginan hidupnya. Titik sentralnya manusia itu sendiri.

2.2.2    Ciri-ciri Utama Aliran Filsafat Eksistensialisme.
Dalam aliran filsafat Eksistensialisme mempunyai ciri-ciri utama antara lain sebagai berikut:
a.    Penolakan untuk dimasukkan dalam aliran filsafat tertentu.
b.    Tidak mengakui adekuasi sistem filsafat dan ajaran keyakinan (agama).
c.    Sangat tidak puas dengan sistem filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademis dan jauh dari kehidupan.
Individualisme adalah pilar sentral dari eksistensialisme. Kaum eksistensialis tidak mengakui sesuatu itu sebagai bagian dari tujuan alam rays ini. Hanya manusia, yang individual yang mempunyai tujuan.
2.2.3    Sejarah Aliran Filsafat Eksistensialisme.
Istilah Eksistensialisme pertarna kali dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman yaitu Martin Heidegger pada tahun 1889-1976. Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar metodologinya berasal dari metode fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel pada tahun 1859-1938. Munculnya eksistensialisme berawal dari filsafat Kiekegaard dan Neitchze. Kiekegaard yang merupakan tokoh pembuka tabir gerakan eksistensialisme yang diwarnai dengan corak pemikirannya dengan teologi. Nuansa teologinya muncul ketika ia mengatakan bahwa setiap pribadi membawa kepenuhan eksistensi manusiawinya. Kiekegaard filsafat Jerman dalam filsafatnya untuk menjawab pertanyaan "bagaimana aku menjadi seorang individu? apa itu kehidupan manusia?, apa tujuan dari kegiatan manusia? Bagaiman kita menyatakan keberadapan manusia? Pokok pemikirannya dicurahkan kepada pemecahan yang kongret terhadap persoalan arti "berada" mengenai manusia. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualisnya). Sedangkan menurut Neitchze filusuf Jerman tujuan filsafatnya adalah untuk menjawap pertanyaan "bagaimana caranya menjadi manusia yang unggul" jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani. Tokoh-tokoh lainnya yang terkenal diantaranya Martin Buber, Martin Heideger, Jean Paul Satre, Karl Jasper, Gabril Marsel, Paul Tillich.
2.2.4    Prinsip-prinsip Aliran Filsafat Eksistensiatisme.
Prinsip-prinsip Aliran Filsafat Eksistensialisme adalah sebagai berikut:

•    Aliran ini tidak mementingkan metafisika (Tuhan).
•      Kebenaran lebih bersifat eksistensial daripada proporsional atau faktual.
•    Aliran ini memandang individu dalam keadaan tunggal selama hidupnya dan individu hanya mengenai dirinya dalam interaksi dirinya sendiri dalam kehidupan.
•    Jiwa aliran ini mengutamakan manusia, memperkembangkan eksistensi pribadinya atas alasan bahwa manusia akan mati.
  Tokoh-tokoh Aliran Filsafat Eksistensialisme.
a.    Gabriel Marcel (1889 – 1978)
Bagi Marcel, eksistensi adalah lawan objektivitas dan tidak pernah dapat dijadikan objektivitas. Yang khas bagi eksistensi adalah saya (sebagai subjek) tidak menyadari situasi saya itu. Artinya, saya tidak menginsyafi apa artinya eksistensi saya itu dalam dunia ini.
b.    Jean-Paul Sartre (1905-1980)
Titik tolak filsafat tidak bisa lain, kecuali cogito (kesadaran yang saya miliki tentang diri saya sendiri). Hal ini dirumuskan oleh Sartre demikian: Kesadaran adalah kesadaran diri, tetapi kesadaran akan diri ini tidak sama dengan pengalaman tentang dirinya. Cogito bukanlah pengenalan diri melainkan kehadiran kepada dirinya secara non-tematis. Jadi ada perbedaan antara kesadaran tematis (kesadaran akan sesuatu) dan kesadaran non-tematis (kesadaran akan dirinya). Kesadaran akan dirinya membonceng pada kesadaran akan dunia. Jadi kesadaran atau cogito ini menunjuk pada suatu relasi Ada. Kesadaran adalah kehadirian (pada) dirinya. Kehadiran (pada) dirinya ini merupakan syarat yang perlu dan mencukupi untuk kesadaran. Kita tidak perlu membutuhkan suatu Subyek Transendental atau Aku Absolut sebagaimana diajarkan idealisme.
c.    Kiekegaard.
Menurut Kiekegaard Eksistensialisme adalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah. Eksistensialisme menolak segala bentuk kemutlakan irasioanl. Dengan demikian aliran ini hendak memadukan hidun yang dimiliki dengan pengalaman, dan situasi sejarah  yang ia alami, dan tidak mau terikat oleh hal-hal yang sifatnya abstrak dan spekulatif. Atas pandangan sikap di kalangan kaum eksistensialisme atau penganut aliran ini seringkali nampak aneh atau lepas dari norma-norma umum. Kebebasan untuk freedom do adalah lebih banyak menjadi ukuran dalam sikap perbuatannya.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi