Apa yang dimaksud dengan Tes Pembelajaran

Tags:
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian untuk mengambil keputusan yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang telah dirumuskan.
Dalam evaluasi pembelajaran perlu dilakukan tiga tindakan inti yaitu, pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Melalui ketiga hal ini terdapat didalamnya pelaksanaan tes untuk mengetahui sebuah ukuran bahkan penilaian yang dapat diperoleh dari pembelajaran yang telah dilakukan.
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes.
Tes dilakukan untuk dapat mengetahui bagaimana perkembangan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. tes sangat perlu dilakukan, yang mana hal ini akan mengarahkan seorang pengajar untuk dapat melakukan tindakan lanjut akan kelas yang di ajarnya dan dapat melakukan evaluasi perbaikan kedepannya.

1.2.    Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan tes?
2.    Mengapa tes perlu dilakukan dalam pembelajaran?
3.    Apa fungsi tes dalam evaluasi pembelajaran?
4.    Apa-apa saja bentuk tes?
5.    Bagaimana cara menyusun tes?

1.3.    Tujuan Penulisan
Adapun tujan dalam penulisan makalah ini selain dalam memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.    Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian tes
2.    Agar mahasiswa dapat menjelaskan fungsi tes dalam evaluasi pembelajaran
3.    Agar mahasiswa dapat mengerti cara menyusun tes




BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Tes
    Tes merupakan alat atau prosedur yang  digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan aturan yang sudah ditentukan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : tes adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang. Menurut Linn & Gronlund (1990: 5) tes adalah “an Instrument or systematic procedure for measuring a sample behaviour”. Disatu sisi Djemari Mardapi (2004: 71) menambahkan bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Secara lebih lengkap, Lee J. Cronbach (1970) menambahkan bahwa tes adalah “a systematic procedure for observing a person's behaviour and describing it with the aid of a numerical scale or a category system”.
Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu
kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan terakhir evaluasi. Sedangkan proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian. Ada beberapa alasan untuk menggunakan pengukuran, tes, dan evaluasi dalam pendidikan.
Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan pertanyaan yang yang diberikan kepada siswa untuk dijawab siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Oleh karena itu diperlukan keterampilan guru dalam kegiatan evaluasi pembelajaran tersebut.
Tes dapat diklasifikasi berdasarkan :
a.    Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)
b.    Bagaimana ia diskor (tes obyektif atau tes subyektif)
c.    Respon apa yang ditekankan (tes kecepatan atau tes kemampuan)
d.    Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan oleh subyek (tes unjuk kerja atau tes kertas dan pensil)
e.    Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)
f.    Hakekat dari kelompok yang akan diperbandingkan (tes buatan guru atau tes baku)

Dalam kegiatan evaluasi, terdapat 2 sumber persyaratan tes yaitu :
a.    Menyangkut mutu tes
b.    Menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan tes.
Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun terlebih dahulu perencanaannya secara baik dan matang.  Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup 6 jenis kegiatan:

1.    Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi
Perumusan tujuan sangatlah penting, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah
2.    Menetapkan aspek aspek yang akan dievaluasi
Misalnya : aspek kognitif, afektif ataukah psikomotor.
3.    Memilih dan menentukan teknik apakah yang akan digunakan dalam pelaksanaan evaluasi.
Misalnya dengan menggunakan teknis tes atau nontes.
4.    Menyusun alat alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik.
5.    Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan  pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi
6.    Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa sekali evaluasi akan dilaksanakan).

2.2. Tujuan dan Fungsi Penggunaan Tes
    Adapun tujuan dalam penggunaan tes dalam buku “Perencanaan Pembelajaran” Majid Abdul (2011:195)  adalah sebagai berikut :
•    Mendiagnosa siswa (dalam hal kekuatan dan kelemahan)
•    Menilai kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan dan pemahaman)
•    Member bukti atas kemampuan yang telah dicapai
•    Menyeleksi kemampuan siswa baik secara individu maupun kelompok
•    Monitoring standar pendidikan
Adapun fungsi penggunaan tes dalam pendidikan atau pembelajaran adalah :
1.    Untuk memperlengkapi informasi mengenai kemajuan dan kemunduran murid, dapat pula berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kenaikan tingkat murid.
2.    Untuk memberi motifasi terhadap hal belajar murid-murid.
3.    Untuk menempatkan murid dalam suatu tingkat kemajuan tertentu.
4.    Untuk memperoleh data bagi pekerjaan guidance dan counseling.
5.    Untuk member informasi kepada guru, murid dan orang tua tentang apa dan sampai dimana hasil dan kemajuan yang dicapai murid-murid di sekolah.
2.3. Komponen Tes
Komponen Test terdiri dari:
a.    Buku tes, yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang mesti dikerjakan oleh siswa
b.    Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan oleh penilain bagi testee untuk mengerjakan tes, untuk bentuk pilihan ganda dibuat lembaran nomor dan huruf  A, B, C, D, E menurut banyaknya alternative yang disediakan
c.     Kunci  jawaban tes, berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf atau kalimat. Untuk test bentuk uraian yang dituliskan adalah kata-kata kunci atau kalimat seingkat untuk memberikan ancar-ancar jawaban. Ide dari kunci jawaban ini adalah:
1.    Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain
2.    Pemeriksaannya betul,
3.    Dilakukan dengan mudah,
4.    Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
2.4. Penggolongan Bentuk Tes
Sebagai alat pengukur tes, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung dari segi mana atau dengan alas an apa pengolongan tes dilakukan. (Mantondang Zulkifli, 2009;11)
a.    Penggolongan tes berdasarkan fungsinya sebagai alat pengukur perkembangan kemajuan belajar siswa maka tes terdiri atas:
1.    Tes seleksi (ujian saringan)
2.    Tes awal (pre-test)
3.    Tes akhir (post-test)
4.    Tes diagnostic
5.    Tes formatif
6.    Tes sumatif
b.    Penggolongan tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap, antara lain :
1.    Tes intelegensi (inteltelegency test)
2.    Tes kemampuan (aptitude test)
3.    Tes sikap (attitude test)
4.    Tes kepribadian (personality test)
5.    Tes hasil belajar atau tes pencapaian (achievement test)
c.    Penggolongan lainnya, antara lain:
1.    Dilihat dari segi banyaknya peserta tes, digolongkan menjadi tes individual dan tes kelompok
2.    Dilihat dari segi waktu pelaksanan yang disediakan pembuat tes untuk menyelesaikan tes, yaitu power test dan speed test
3.    Dilihat dari bentuk responnya, dapat dibedakan menjadi tes verbal dan tes nonverbal
4.    Dilihat dari cara mengajukan pertanyaan dan cara memberikan jawabannya, digolongkan menjadi tes tertulis dan tes lisan.

2.5. Bentuk-Bentuk Soal Tes Hasil Belajar
    Tes hasil belajar merpakan salah satu jenis tes yang digunkan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. sebagai alat pengukur kemajuan belajar peserta didik, ditinjau dari bentuk soalnya, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tes hasil belajat bentuk uraian dan tes hasil belajar bentuk objektif.
a.    Tes Bentuk Uraian (essay test)
Tes uraian ( essay tes) yang juga dikenal dengan istilah subjektif tes (subjective test) adalah tes hasil belajar yang memiliki karakteristik seperti, tes berbentuk pertanyaan atau perintah yang mengkehendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang, karakteristik kedua yaitu bentuk-bentuk perintah atau pertanyaan yang menuntut jawaban berupa penjelasan, komentar, penafsiran, bandingan perbedaan dan sebagainya; karakteristik ketiga jumlah butir soal umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai sepuluh butir; karakteristik keempat pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata: “Jelaskan….”, “Terangkan….”, “Uraikan…..”, “Mengapa….”, “Bagaimana…”, atau kata-kata lain serupa dengan itu.
Kebaikan atau keuntungan penggunaan tes uraian antara lain:
1)    Dapat mengukur hasil belajar yang kompleks, yang tidak dapat diukur dengan tes atau cara yang lain.
2)    Dapat mengukur perpaduan dan aplikasi tentang keterampilan berfikir dan keterampilan memcahkan masalah.
3)    Mudah disusun (dibuat)
Keburukan atau kelemahan penggunaan tes bentuk uraian antara lain:
1)    Hasil pengukuran yang diperoleh sulit mencerminkan hasil belajar yang sebenarnya.
2)    Memiliki keterbatasan akibat tidak konsistensinya penyekoran.
3)    Memerlukan banyak waktu untuk menilai jawaban.
4)    Sampling yang diukur terbatas.
Saran dan petunjuk untuk menyusun pertanyaan essay, antara lain :
1)    Hendaknya tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang tidak diukur tes objektif
2)    Rumuskan pertanyaan sehingga dapat mengukur tingkah laku dengan tepat sesuai dengan hasil belajar
3)    Pertanyaan harus jelas sehingga tidak memunculkan interprestasi yang bermacam-macam
Petunjuk untuk menyekor pertanyaan essay, adalah :
1)    Siapkan outline jawaban
2)    Gunakan cara/metode menyekor yang lebih tepat
a.    Point Method
b.    Rating Method
3)    Tetapkan bagaimana menilai faktor-faktor yang tidak relavan dengan hasil belajar yang akan diukur
4)    Nilailah semua jawaban untuk satu pertanyaan sebelum dilanjutkan kepertanyaan berikutnya

b.    Tes hasil belajar bentuk objektif (Objective Test)
Tes objektif adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal
yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item.
Tes objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu :
1.    Tes objektif bentuk benar-salah (true-false test)
2.    Tes objektif bentuk menjodohkan (matching test)
3.    Tes objektif bentuk jawaban singkat (short answer)
4.    Tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice item test)

1)    Tes objektif benar-salah
Keuntungan penggunaan test benar-salah , antara lain adalah :
a)    Mudah disusun
b)    Materi belajar atau sampling yang cukup luas dapat dicakup
Keterbatasan penggunaan tes benar-salah, antaar lain adalah :
a)    Jenis hasil belajar yang dapat diukur umumnya yang diukur terbatas pada aspek pengetahuan saja
b)    Mudah ditebak

2)    Tes menjodohkan (Matching test) :
Keuntungan penggunaan tes menjodohkan antara lain :
a)    Mudah disusun
b)    Dapat mencakup aspek yang luas khususnya materi faktual yang ada kaitannya dan dalam waktu yang relatif singkat
Keterbatasan penggunaan tes menjodohkan antara lain :
a)    Lebih banyak mengungkap atau mengukur informasi faktual dan untuk materi pelajaran yang berhubungan
b)    Sulit menemukan materi pelajaran yang homogen

3)    Tes jawaban singkat (short answer)
Keuntungan tes jawaban singkat antara lain :
a)    Lebih mudah disusun, karena hasil belajar yang diukur relatif sederhana
b)    Siswa diminta hanya memberi jawaban
Keterbatasan tes jawab singkat antara lain :
-    Tidak cocok unutk mengukur hasil belajar yang kompleks



4)    Tes pilihan berganda
Dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam area aspek pengetahuan (knowledge), yang pada umumnya terdiri dari :
a)    Knowledge of terminologi
b)    Knowledge of specific facts
c)    Knowledge of principles
d)    Knowledge of methods and procedures

Keuntungan tes pilihan ganda antara lain :
a)    Siswa tidak mudah menemukan pernyataan (jawaban) yang salah, siswa juga harus mengetahui mana yang benar.
b)    Reliabilitas butir tinggi
c)    Homogenitas materi pelajaran terhindarkan
Keterbatasan tes pilihan ganda antara lain :
a)    Terbatas pada hasil belajar tingkat verbal
b)    Karena yang diminta hanya memilih jawaban yang benar saja, maka kurang baik digunakan untuk mengukur keterampilan memecahkan masalah dalam matematik, pengetahuan alam, mengukur kemampuan mengemukakan ide.
c)    Harus memperhatikan option, misalnya distraktor.


BAB III
PENYUSUNAN TES

3.1.     Syarat-Syarat Penyusunan Tes
Dalam merencanakan tes evaluasi pembelajaran, hendaklah memenuhi persyaratan tes yang baik, yaitu :
a.    Validitas
Sebuah data dikatakan valid apabila sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan yang sesungguhnya.
b.    Reliabilitas
Kata reliabilitas berasal dari bahasa inggris reliability yang berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Suatu tes bisa dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan beberapa kali akan menunjukkan ketetapan.
Jika dihubungkan dengan validitas, maka :
-Validitas adalah sebuah ketepatan
-Reliabilitas adalah ketetapan.
c.    Objektivitas
Obyektivitas dapat diartikan sebagai tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi terutama dalam kegiatan penskoran atau sistem skoringnya.
Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
d.    Praktikabilitas (practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikability yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
Tes yang praktis adalah tes yang :
•    Mudah dilaksanakan, misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak an memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
•    Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman skoringnya.
•    Dilengkapi dengan petunjuk petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan / diawali oleh orang lain
e.         Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
Sementara itu, terdapat persyaratan persyaratan lain yang juga berpengaruh dalam perencanaan evaluasi pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Memiliki tujuan yang jelas
2.     Bersifat sederhana, dalam artian tidak muluk muluk sehingga tidak sulit dalam pelaksanaannya.
3.    Memuat analisis analisis terhadap pekerjaan yang dikerjakan.
4.    Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi dan perkembangan yang ada
5.    Memiliki keseimbangan antara tes dengan materi yang diajarkan
6.    Memiliki kesan bahwa segala sesuatu itu telah ada dan supaya dimanfaatkan dengan sebaik baiknya secara efektif dan daya guna.

Sehingga dapat disimpulkan syarat dalam perencanaan tes evaluasi pembelajaran adalah validitas, reliabilitas, objektivitas, praktisibilitas, dan ekonomis. Dan juga Memiliki tujuan yang jelas, bersifat sederhana, memuat analisis-analisis terhadap pekerjaan yang dikerjakan, bersifat fleksibel, memiliki keseimbangan, memiliki kesan bahwa segala sesuatu itu telah tersedia sehingga dapat digunakan secara efektif dan berdaya guna serta memuat aspek yang ingin dicapai, teknik yang akan digunakan, alat pengukur kecapaian siawa, tolak ukur yang dijadikan patokan dan juga frekuensi pengadaan tes.
3.2.     Langkah-langkah Penyiapan Penyusunan Tes
1)    Menetapkan tujuan tes
Dalam menetapkan tujuan tes sangat berkaitan dengan maksud penggunaan
tes. Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk berbagai tujuan. Oleh sebab itu perlu ditetapkan terlebih dahulu penggunaan dari pada tes yang akan dikembangkan. Tujuan penggunaan tes akan memberikan corak dan bentuk terhadap penyusunan butir soal, misalnya bila tes itu dimaksudkan sebagai Ujian Akhir Nasional (UAN) maka butir soal harus disusun mulai dari yang mudah sampai kepada yang sukar.

2)    Analisis Kurikulum
Isi bahan pengajaran yang disajikan di kelas senantiasa mengikuti kurikulum yang berlaku. Pemahaman dan pendalaman akan kurikulum merupakan langkah pertama untuk menyusun dan mengembangkan suatu perangkat tes yang baik. Dengan pemahaman dan pendalaman akan kurikulum tersebut, maka indikator kemampuan atau keterampilan yang dituntut untuk dikuasai subjek didik akan dapat dirumuskan dengan baik dan akan dapat dituangkan pula dalam bentuk kisi-kisi.
Tes prestasi belajar adalah mengenai sejauh mana subjek didik menyerap atau menguasai isi pelajaran, karena itu materi tes harus didasarkan pada kurikulum sebagai patokan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam penulisan tidak semua isi GBPP diambil sebagai dasar penulisan butir soal atau bobot tiap pokok dan sub pokok bahasan dalam GBPP tidak sama dalam penulisan butir soal. Sehingga analisis ini dilakukan guna dapat menyusun seperangkat tes yang benar-benar representatif. Cara yang dapat digunakan untuk memilih dan menetapkan pokok dan sub pokok bahasan sebagai materi penulisan butir soal adalah dengan menelusuri seluruh isi GBPP sambil menilai essensial tidaknya suatu pokok atau sub pokok bahasan. Sesuai dengan tingkatan essensial pokok atau sub pokok bahasan itulah ditetapkan pembobotan materi butir soal.

3)    Analisis buku pelajaran
Analisis buku pelajaran disebut juga timbangan buku, yang berarti bahwa penyusunan
soal dapat juga menggunakan buku sumber (literatures), disamping buku paket yang sudah ada, selama buku-buku tersebut sesuai dengan kurikulum yang sedang berlangsung dan buku-buku tersebut memang digunakan oleh pendidik dan anak didik secara keseluruhannya.

4)    Menentukan kisi-kisi
Istilah lain untuk kisi-kisi ialah blue print, table of test specification, lay up, plan dan
flame work. Kisi-kisi adalah suatu daftar berbentuk matriks yang memuat komponen-komponen sebagai berikut :
a)    Pokok bahasan
Pokok bahasan dan sub pokok bahasa merupakan ruang lingkup butir soal yang disusun. Pokok bahasan dan sub pokok bahasan ditetapkan pembobotan sebagaimana diuraikan pada langkah analisis kurikulum tersebut diatas. Pembobotan ini biasanya ditetapkan dengan kategori; penting, sedang dan kurang penting. Penetapan bobot dari masing-masing pokok atau sub pokok bahasan disarankan atas tujuan yang akan dicapai dan urgensi materi cakupan pokok atau sub pokok bahasan disarankan atas tujuan yang akan dicapai dan urgensi materi cakupan pokok atau sub pokok bahasan tersebut.
b)    Aspek intektual
Aspek intektual berupa perilaku yang telah dimiliki subjek didik sebagai hasil belajar, diperinci kedalam jenjang kemampuan intelektual menurut taksonomi Bloom yang akan diukur dengan tes yang dibuat adalah mencakup : (1) Ingatan, (2) Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis, (5) Sintesis, (6) Evaluasi
c)    Bentuk soal
Bentuk soal pada umumnya dibedakan atas dua macam yaitu bentuk uraian dan bentuk objektif.
d)    Tingkat kesukaran soal
Untuk mengetahui perbandingan yang tepat antara kelompok soal yang dikategorikan mudah dan sukar, maka perlu dicantumkan dalam kisi-kisi tingkat kesukaran butir soal. Penentuan tingkat kesukaran butir soal ditetapkan berdasarkan pendapat penulis butir soal. Perbandingan jumlah butir soal sesuai tingkat kesukaran butir soal biasanya adalah 27% mudah dan 27% sukar, selebihnya adalah sedang.
e)    Jumlah dan proporsi butir soal
Jumlah dan proporsi butir soal ditentukan oleh waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes tersebut. Oleh sebab itu, perlu ditentukan terlebih dahulu waktu yang diperlukan mengerjakan tersebut, sesudah itulah baru ditentukan jumlah butir soalnya. Namun demikian perlu juga dipertimbangkan daya konsentrasi subjek didik peserta tes. Disamping waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan tes, perlu juga dipertimbangkan tingkat kesukaran butir soal. Untuk mengerjakan butir soal yang sukar dibutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan mengerjakan butria soal yang tergolong mudah. Dalam waktu yang sama dapat berbeda jumlah butir soal yang dapat dikerjakan, oleh karena tingkat kesukaran butir soal yang berbeda.


BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Tes merupakan alat atau prosedur yang  digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan aturan yang sudah ditentukan.
Adapun tujuan dalam penggunaan tes dalam buku “Perencanaan Pembelajaran” Majid Abdul (2011:195)  adalah sebagai berikut :
•    Mendiagnosa siswa (dalam hal kekuatan dan kelemahan)
•    Menilai kemampuan siswa (keterampilan dan pengetahuan dan pemahaman)
•    Memberi bukti atas kemampuan yang telah dicapai
•    Menyeleksi kemampuan siswa baik secara individu maupun kelompok
•    Monitoring standar pendidikan
Adapun fungsi penggunaan tes dalam pendidikan atau pembelajaran adalah :
-    Untuk memperlengkapi informasi mengenai kemajuan dan kemunduran murid, dapat pula berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kenaikan tingkat murid.
-    Untuk memberi motifasi terhadap hal belajar murid-murid.
-    Untuk menempatkan murid dalam suatu tingkat kemajuan tertentu.
-    Untuk memperoleh data bagi pekerjaan guidance dan counseling.
-    Untuk memberi informasi kepada guru, murid dan orang tua tentang apa dan sampai dimana hasil dan kemajuan yang dicapai murid-murid di sekolah.
Syarat dalam perencanaan tes evaluasi pembelajaran adalah validitas, reliabilitas, objektivitas, praktisibilitas, dan ekonomis. Dalam penyusunan sebuah tes perlu diperhatikan tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar, butir butir soal tes harus merupakan sampel yang representatif  dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, bentuk soal tes harus di buat bervariasi, tes hasil belajar harus di desain dengan kegunaannya, tes harus memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan, tes disamping harus dapat dijadikan alat ukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.


DAFTAR PUSTAKA

-    Daryanto (2010), Belajar dan Mengajar, Bandung: CV Yrama Widya
-    Majid Abdul (20111), Perencanaan Pembelajaran, Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
-    Matondang, DR. Zulkifli (2009), Evaluasi Pembelajaran, Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
-    Yamin, Martinis (2013),Kiat Membelajarkan Siswa, Ciputat: REFERENSI (GP Press Group)

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi