Pengertian Berpikir

Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas
yang membedakan manusia dari hewan. Berpikir merupakan kegiatan yang tidak
pernah lepas dari kehidupan manusia, karena selama manusia hidup manusia akan
terus berpikir. Istilah berpikir sangat popular di masyarakat dan prosesnya dilakukan oleh setiap orang, namun istilah tersebut sangat sulit didefenisikan secara operasional. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Defenisi berpikir banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Purwanto (2010:44) bahwa berpikir dalam arti luas adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi. Sedangkan dalam arti sempit berpikir adalah meletakkan atau mencari hubungan antara abstraksi seperti tanggapan, ingatan, pengertian dan perasaan.

Kemampuan berpikir merupakan kemampuan mengingat dan memahami, maka kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami memiliki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti dengan kemampuan mengingat dan memahami. Seperti yang dikemukakan oleh Peter Reason (dalam Sanjaya, 2010:231), bahwa berpikir tidak mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang tidak memilii daya ingat (working memori), maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang cukup lama. Jika seseorang tidak memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya pada masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut berpikir.

Dari kedua pendapat di atas mengenai berpikir dapat disimpulkan bahwa berpikir itu adalah suatu aktivitas mental untuk meletakkan atau mencari hubungan antara pengetahuan abstraksi berupa tanggapan, ingatan, pengertian serta perasaan dalam memecahkan suatu masalah. Senada dengan Purwanto (2010:44) yang menyatakan bahwa :

”Berpikir erat hubungannya dengan daya jiwa yang lain, seperti
tanggapan, ingatan, pengertian dan perasaan. Tanggapan memegang
peranan penting dalam berpikir, meskipun ada kalanya dapat mengganggu
jalannya pikiran. Ingatan merupakan syarat yang harus ada dalam berpikir karena memberikan pengalaman dan pengalaman yang telah lampau. Pengertian meskipun merupakan hasil berpikir dapat memberi bantuan yang besar pula dalam suatu proses berpikir. Perasaan selalu menyertai pula, ia merupakan dasar yang mendukung suasana hati atau sebagai pemberi keterangan dan ketentuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah,”

Berpikir merupakan aktivitas kognitif yang terjadi dalam mental atau pikiran seseorang, tidak tampak tetapi dapat disimpulkan berdasarkan prilaku yang tampak, dan dalam berpikir terjadi suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif.

Menurut R. Swartz dan D. Perkins (dalam, Hassoubah, 2004:21) ada empat pola berpikir yang tidak efisien atau salah yaitu, (1) tergesa-gesa, yaitu terlalu cepat membuat keputusan, tanpa mempertimbangkan idea tau alternatif lain, (2) acak-acakan, yaitu kecenderungan untuk tidak teratur dalam berpikir, (3) tidak fokus atau sempit, yaitu kabur atau samar-samar dalam pemikiran dan tidak jelas dalam memberikan pendapat, (4) sempit, yaitu kecenderungan berpikir tidak mendalam sehingga mengabaikan informasi penting yang mungkin ada.

2.1.3 Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Defenisi berpikir kritis banyak dikemukakan para ahli. Gerhand (dalam Mayadiana, 2009: 11) mendefenisikan berpikir kritis sebagai proses kompleks yang melibatkan penerimanya dan penguasaan data, analisis data, evaluasi data, dan mempertimbangkan aspek kualitatif dan kuantitatif, serta membuat seleksi atau membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi.

Richard Paul (dalam Fisher, 2009:4) mendefenisikan berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-standar intelektual padanya. Keistimewaan berpikir kritis adalah dimana para guru dan peneliti di bidang ini kelihatan pada prinsipnya menyetujui, bahwa satu-satunya cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis seseorang ialah melalui ‘berpikir tentang pemikiran diri sendiri’ (atau sering disebut ‘metakognisi’), dan secara sadar berupaya memperbaikinya dengan merujuk pada beberapa model berpikir yang baik dalam bidang itu.

Sedangkan menurut Fachrurazi (2011:81) bahwa berpikir kritis matematis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Jadi, berpikir kritis matematis yang dimaksud adalah kemampuan seorang siswa membaca pernyataan atau mendengar informasi tentang matematika kemudian ia bisa mengambil informasi yang penting dan membuat kesimpulan yang tepat, serta melihat ada atau tidaknya kontradiksi dalam informasi tersebut.

Dari pendapat di atas tampak adanya persamaan dalam hal
sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir kritis harus melalui
beberapa tahapan yang diawali dengan tahap menganalisis untuk sampai kepada
sebuah kesimpulan atau penilaian. Berpikir kritis merupakan salah satu proses
berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan konseptual
siswa. Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
berpikir kritis sesungguhnya adalah suatu proses berpikir yang terjadi pada
seseorang dan bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal
mengenai sesuatu yang ia yakini kebenarannya serta yang akan di lakukan nanti.

Hal senada diungkapkan oleh Ennis (dalam Fisher, 2009:4) bahwa berpikir
kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Hal ini berarti bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang di arahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Berdasarkan defenisi ini dapat diungkapkan bahwa berpikir kritis difokuskan ke dalam pengertian sesuatu yang penuh kesadaran dan mengarah kepada sebuah tujuan. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi yang pada akhirnya memungkinkan kita untuk membuat keputusan.

Sedangkan Glaser (dalam Fisher, 2009: 3) mendefinisikan berpikir kritis adalah:

”(1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah
dan hal-hal yang berada dalam jangkakuan pengalaman seseorang; (2)
pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang
logis; dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-
metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa
setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti
pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya”.

Berdasarkan defenisi yang di ungkapkan oleh Glaser tersebut Berpikir kritis adalah keharusan, dalam usaha pemecahan masalah, pembuatan keputusan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan-penemuan keilmuan. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk memahami suatu arti dibalik suatu kejadian.

Menurut Fisher (2008:8) ada beberapa keterampilan-keterampilan berpikir yang dipandang menjadi landasan berpikir kritis, yaitu :

Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan; mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi; mengklarifikasi dan menginterpretasikan pernyataan-pernyataan dan gagasan-gagasan; menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas dan klaim-klaim; mengevaluasi argument-argumen yang beragam jenisnya; menganalisis, mengevaluasi dan membuat keputusan; menarik inferensi-inferensi; menghasilkan argument-argumen.

Belajar berpikir secara kritis merupakan tugas yang tidak ringan. Namun berpikir kritis harus dikembangkan mengingat informasi yang semakin cepat sampai ke masyarakat. Menurut Hassoubah (2004:95), ada tujuh cara untuk mengembangkan berpikir kritis seseorang yaitu (1) membaca dengan kritis, (2) meningkatkan daya analisis, (3) mengembangkan kemampuan observasi, (4) meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi, (5) metakognisi, (6) mengamati ‘model’ dalam berpikir kritis. Orang yang dianggap sebagai model harus mampu menjelaskan tindakan mereka dengan jelas dan bertanggungjawab atas tindakan tersebut, (7) diskusi yang ‘kaya’, yaitu melibatkan diri dalam diskusi. Dengan diskusi kita dapat memberikan pendapat dan mendengarkan pendapat.

Dalam kurikulum berpikir kritis, menurut Ennis (dalam Mayadiana, 2009:13) terdapat dua belas indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kemampuan berpikir, yaitu (1) Memberikan penjelasan sederhana (Elementary clarification), (2) Membangun keterampilan dasar (basic support), (3) Membuat inferensi (inferring), (4) Membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification), dan (5) Mengatur strategi dan taktik (Strategies and tactics).

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi