Latar Belakang Pendidikan Jasmani

A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktifitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani dengan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar,teknik dan strategi permainan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain). Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran di dalam kelas saja yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental, intlektual, emosional dan sosial. Aktifitas yang diberikan dalam pengajaran harus dapat sentuhan psikologis,sehingga aktifitas yang diberikan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum. Ia merupakan salah satu dari subsistem-subsistem pendidikan. Pendidikan jasmani dapat di defenisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerak fisik. Maka pendidikan jasmani harus diutamakan mengingat mempunyai tujuan yang penting dalam pengembangan pembelajaran. Banyak yang menganggap, kurang penting mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani, dikarenakan belum mengerti peran dan fungsi pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani disekolah harus mempunyai tujuan yang mengarah kepada tujuan pendidikan. Yaitu meningkatkan kesegaran jasmani dan daya tahan tubuh siswa, dengan bugarnya kondisi siswa akan mempengaruhi tingkat belajar siswa serta minat dalam mengikuti pembelajaran. Secara umum kegiatan pembelajaran penjas melibatkan aktifitas fisik, demikan juga dalam belajar tolak peluru.Salah satu masalah dalam pendidikan jasmani di indonesia hingga dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, kondisi rendahnya kualitas pengajaran pendidikan jasmani disekolah lanjut telah dikemukakan di dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengjaran pendidikan jasmani. Kualitas guru pendidkan jasmani yang ada di sekolah lanjut pada umumnya kurang memadai. Guru kurang mampu dalam melaksanakan profesinya secara profesional, kurang berhasil melaksanakan tanggung jawab untuk mengajar dan mendidik siswa secara sistematik melalui gerakan pendidikan jasmani yang mengembangkan kemampuan dan ketrampilan secara menyeluruh baik fisik, mental maupun intlektual. Salah satu faktor keberhasilan guru dalam menyampaikan materi yang diajarkan dipengaruhi oleh metode atau gaya mengajar. Metode mengajar diartikan sebagai cara yang dipilih guru untuk berinteraksi dengan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga materi yang diajarkan dapat dikuasai siswa dengan baik dan dapat membuat siswa lebih kreatif.

Gaya resiprokal merupakan gaya mengajar yang menerapkan teori umpan balik atau feed back. Dalam hal ini siswa diberikan kebebasan untuk membuat keputusan sehubungan dengan pelaksanaan tugas. Penilaian hanya terbatas pada penilaian formatif atau korektif seorang siswa terhadap seorang siswa oleh sekelompok siswa terhadap sekelompok siswa yang lain, atau sekelompok siswa terhadap hasil belajar seorang siswa.

Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang memiliki banyak nomor-nomor dalam suatu perlombaan. Selain itu atletik juga salah satu cabang olahraga yang terdapat dalam kurikulum Sekolah Menengah kejuruan. Pada cabang atletik terdiri dari beberapa nomor perlombaan, salah satu nomor tersebut adalah tolak peuru.

Berdasarkan hasil observasi dengan Guru pendidikan jasmani di SMKBudi Insani Medan, padasaat jam pelajaran pendidikan jasmani di sekolah pada hari sabtu 03 mei 2014. pokok bahasan tolak peluru gaya menyamping (Ortodoks), terlihat bahwa pada saat pembelajaran tolak peluru banyak siswa yang terlihat kurang semangat dalam aktifitas pembalajaran karena sarana dan prasarana serta kurangnya kreatifitas guru dalam menciptakan prasarana yang dibutuhkan.Dalam observasi yang dilakukan penulis dari Guru penjas SMK Budi Insani Medan, diproleh informasi bahwa nilai siswa dalam bidang studi pendidikan jasmani masihsangat rendah. Hal ini disebabkan, karena kurangnya variasi pembelajaran yang diberikan Guru bidang study.

Hal ini berpengaruh pada efektivitas belajar siswa yang dilihat dari proses belajar siswa yang kurang berminat dan kurang aktif, maka berpengaruh pada hasil belajar siswa yang dapat diketahui yaitu dari rendahnya nilai siswa yang terlihat pada Kriteria Ketentuan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran pendidikan jasmanidengannilai75, namun masih banyak siswa yang memiliki nilai rata-rata dibawah 75.

Dari hasil observasi penulis dengan guru bidang studi pendidikan jasmani di SMKBudi Insani Medan,Bapak (SK) mengatakan bahwa siswa kurang dapat memahami teknik dasar tolak peluru gaya menyamping (Ortodoks) dengan baik sehingga hasil belajar tolak peluru yang diproleh siswa kurang maksimal.Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah motivasi, minat, bakat, semangat, kondisi fisik, sarana atau media pembelajaran guru, metode atau strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan lan-lain.

Sarana prasarana merupakan salah satu bagian yang strategis dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, lengkap dan tidak lengkapnya sarana prasarana pembelajaran turut mempengaruhi maksimal dan tidak maksimalnya ketercapaian tujuan pembelajaran. Sarana yang lengkap bisa memudahkan guru untuk mengejar target-target tertentu yang menjadi tujuan pembelajaranya. Begitu sebaliknya, sarana yang tidak lengkap akan menyulitkan bagi guru dalam mencapai target-target tujuan pembelajaranya.Hal ini yang terjadi pada pembelajaran Tolak Peluru Gaya Menyamping (Ortodoks) di SMKBudi Insani Medan, Kondisi nyata di sekolah, media Peluru hanya tersedia 2 buah, 1 peluru untuk putri dan 1 peluru untuk putra. Sementara rata-rata siswa di SMKBudi Insana Medan berjumlah 28 orang. Jelas dari gambaran tersebut bahwa proses pembelajaran Tolak Peluru menjadi tidak efektif, dan akibatnya bahwa target kurikulum menjadi sangat rendah.

Situasi dan kondisi ini sudah berjalan cukup lama dan sekolah sampai detik ini belum bisa memenuhi sarana peluru tersebut sampai batas yang cukup memadai atau kondisi ideal, misalnya dengan perbandingan 1 : 2 ( 1 peluru untuk 2 orang ). Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai kebutuhan yang sangat banyak dan hampir semuanya mempunyai tingkat urgensitas yang tinggi untuk di penuhi oleh sekolah. Sehingga menuntut sekolah untuk menyediakan Peluru sesuai dengan kondisi ideal, merupakan suatu yang tidak realistis dan lebih jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan iklim yang tidak kondusif di sekolah.Oleh karena itu perlu sebuah pemecahan masalah yang sederhana dan bisa dilakukan oleh guru. Melihat permasalahan di atas, maka satu pemikiran yang muncul adalah bahwa perlu adanya sebuah media alternatif modifikasi untuk mengganti peluru yang memang cukup mahal. Media alternatif modifikasi tersebut harus bersifat bisa mewakili karakteristik peluru, murah, banyak tersedia atau mudah di dapat.Dari beberapa kriteria media alternatif modifikasi untuk mengganti peluru tersebut, nampaknya bola plastik bisa dijadikan media alternatif modifikasi untuk menggantikan peluru. Dari segi bentuk, jelas ada kemiripan dengan bentuk peluru, dari segi ketersediaan dan harga.Maka bola plastik sangat mudah sekali di dapat di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat murah untuk meningkatkan hasil belajar tolak peluru gaya ortodoks.

Dari latarbelakang di atas, maka penulis merasa sangat tertarik untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas Dengan Judul Mengenai “Pemanfaatan Media Modifikasi Untuk Meningkatkan Hasil BelajarTolak Peluru Gaya Ortodoks Dengan Penerapan Gaya Mengajar Resiprokal Pada Siswa/Siswi Kelas XI SMK Budi Insani Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi