Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia, khususnya yang berkaitan dengan tradisi dan etos kerja masyarakat, merupakan pengetahuan dasar yang sangat penting dalam menentukan arah kebijakan pembangunan. Dewasa ini etos kerja merupakan topik yang kembali hangat, setelah sekian lama Indonesia selalu berkutat dengan masalah korupsi,”jam karet”, asal kerja, semrawut dan predikat negatif lainnya. Berbeda dengan kondisi di negara Jepang, yang menjadikan kerja sebagai sesuatu yang sangat mulia, dan kualitas kerja merupakan nilai-nilai penting yang didasari spiritualitas agama (Anoraga, 1992).



Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang sebahagian besar mata pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia. Tetapi hasil yang diharapkan dari sektor pertanian belum maksimal, hal itu ditunjukkan dengan masih belum mencukupinya hasil pertanian dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menyebabkan tingkat kesejahteraan keluarga masyarakat petani rendah yang disebabkan dengan etos kerja yang masih dipengaruhi oleh nilai budaya yang berlaku. Salah satu daerahtersebut adalah daerah Sumatera Utara bagian timur tepatnya desa Teluk Pulai Dalam.

Desa Teluk Pulai Dalam terletak di Kecamatan Kualuh Leidong, Kabupaten Labuhanbatu Utara dan terletak disepanjang pesisir pantai. Secara geografis tanahnya sangat subur serta faktor iklimnya sangat mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tanaman, misalnya: buncis, durian, mangga, semangka, dan terutama padi. Masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku / etnis: suku Melayu, Batak Toba, suku Jawa, Karo, Nias, Simalungun, dan suku Mandailing.



Secara klasifikasi, pelapisan sosial didalam masyarakatnya tidak terlihat, yang kaya tidak tampak kaya, yang miskin juga tidak tampak miskin, yang ada hanya yang sedang-sedang saja, tanpa terlihat adanya kesenjangan ekonomi..Kebiasaan penduduknya dalam beraktivitas kerja (mencari nafkah) tampak monoton. Bulan Maret – Juli tak terlihat bekerja, yang tampak masyarakatnya dirumah dan kebanyakan di kedai-kedai minuman atau kopi. Juli – November turun kesawah (tadah hujan). Desember – Januari – Februari masa panen.

Berdasarkan uraian diatas masih ada bulan-bulan tertentu yang vakum tanpa ada aktivitas kerja untuk menghasilkan uang (nilai tambah) yakni bulan Maret, April, Mei, Juni, atau dengan kata lain masyarakatnya tidak produktif, mereka membiarkan waktu luang terbuang begitu saja, dan tidak berlomba-lomba untuk mencari tambahan penghasilan. Pada umumnya masyarakat melayu pesisir yang berprofesi sebagai petani dan nelayan, dalam menghadapi perkembangan kemajuan zaman masih bersifat pasif, masyarakat melayu pesisir masih terikat oleh prinsip hidup yang turun temurun, bagi mereka Tuhan adalah satu-satunya pengatur hidup manusia, dengan prinsip hidup yang demikian, maka akan sulit untuk melihat sesosok individu melayu yang mampu untuk diandalkan dalam menghadapi kemajuan zaman yang semakin pesat. Masyarakatnya terkesan cenderung pasrah terhadap kehidupan kesejahteraan keluarganya yang hanya menunggu hasil panen padi yang hanya sekali dalam setahun tanpa ada peningkatan kesejahteraan keluarganya dari tahun ketahun.



Banyak para petani yang menghabiskan waktunya berdiam diri di warung kopi atau di rumah dan tanpa ada program kerja yang mereka susun dalam melakukan pekerjaannya. Menyadari bahwa profesinya adalah seorang petani yang seharusnya berada dan bekerja di sawah maupun diladang, dengan hanya berdiam diri di warung kopi tanpa ada program kerja mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak maksimal. Rasa kurang bersemangat dalam bekerja yang sudah melekat pada diri mereka yang membuat susah untuk bangkit merubah keadaan menjadi lebih sejahtera. Seorang pekerja dalam hal ini petani tidak mungkin dapat melakukan cara kerja yang baik kalau tidak memiliki pengetahuan dalam melaksanakan kerja berupa etos kerja dan semangat. Oleh karena itu etos kerja sangat berperan dalam setiap pekerjaan yang akan dilakukan.


Menurut Sinamo (2007) menyatakan bahwa etos kerja merupakan: Kunci dan fondasi keberhasilan suatu masyarakat atau bangsa, etos kerja juga merupakan salah satu syarat bagi uapaya peningkatan kualitas tenaga kerja atau SDM, baik pada level individual, organisasional, maupun sosial. Jadi etos kerja yang dimaksudkan disini merupakan suatu sikap, pandangan atau nilai yang mendasari prinsip kerja suatu komunitas.


Masyarakatnya cenderung enggan berinovasi dalam bercocok tanam lain selain padi, misalnya: palawija untuk nilai tambah keluarga. Atau mungkinkah masyarakatnya masih memakai falsafah hidup masyarakat sukunya sendiri? Seperti suku melayu pesisir pantai yang berujar “Korjo Tak Korjo Samo Sajo”. Apakah nilai dari falsafah hidup ini juga yang mempengaruhi etos kerja mereka kurang baik ?.


Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kaitan Nilai Budaya dengan Etos Kerja Masyarakat Melayu Pesisir di Desa Teluk Pulai Dalam”.

Post a Comment

Artikel Terkait Tips Motivasi